Pengikut

Sabtu, 30 Januari 2010

BANGKIT DARI RASA KEHILANGAN

* Jangan menyesali atau menyalahkan diri sendiri

Jangan pernah menganggap kepergian orang yang kita cintai itu adalah karena kesalahan kita, apapun penyebabnya. Karena hal ini justru akan menambah berat beban kita untuk dapat bangkit dari kesedihan itu. Yakinlah bahwa semua ini hanya takdir yang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta dan berusahalah untuk mencari hikmah dibalik rasa kehilangan itu.

* Motivasi diri sendiri

Katakan pada diri anda bahwa “life goes on” dan anda harus menjelang masa depan yang lebih baik, dengan atau tanpa dirinya. Dan lecut diri anda sendiri untuk dapat mewujudkan semua impian itu sebagai tanda cinta anda padanya, meskipun dia tidak lagi bisa melihat keberhasilan anda. Dan ingatlah bahwa masih ada orang lain yang mencintai anda di sekeliling anda yang pasti akan bangga melihat keberhasilan anda itu.

* Kembali fokus pada tujuan hidup dan impian anda

Mungkin dulu, sewaktu orang yang anda cintai itu masih ada di sisi anda, anda mempunyai impian dan rencana yang ingin anda wujudkan bersama. Sekarang, ketika dia tidak ada lagi di sisi anda, tetaplah fokus untuk dapat mewujudkan impian itu, dan jadikan itu wujud dari cara anda membalas kesalahan yang mungkin pernah anda lakukan padanya ketika dia masih hidup. Raihlah impian itu dan katakan pada diri anda, “I’ll do this for you..”

* Melihat ‘ke bawah’

Lihatlah kehidupan orang-orang yang lebih susah daripada kita. Resapi bagaimana mereka bisa bertahan hidup dengan keadaan yang jauh lebih menyedihkan daripada kita. Ingatlah bahwa kita bukan sau-satunya orang yang merasakan kesedihan, dan jangan pernah berpikir bahwa kita adalah orang yang paling malang di dunia karena perasaan seperti itu justru akan menjadikan kita orang yang tidak bersyukur atas nikmat yang masih diberikanNya.

* Beramal

Bantulah orang-orang yang membutuhkan, berikan sumbangan atau zakat pada anak yatim piatu atau panti asuhan. Beramal dapat memperkuat rasa syukur.

* Dekatkan diri pada Sang Pencipta

Sebagai manusia biasa kita tidak akan pernah lepas seutuhnya dari rasa sedih akan kehilangan itu. Ketika rasa sedih itu kembali menghimpit dan tidak ada hal lain yang dapat mengusirnya, maka dekatkanlah diri pada Sang Pencipta. Beribadahlah, menangislah padaNya, sesali dosa-dosa anda, minta diberi kekuatan dalam menghadapi kerasnya hidup, mintalah agar anda dapat meraih keberhasilan yang dapat anda persembahkan pada orang yang anda cintai namun telah pergi itu, dan mintalah agar Dia mengampuni semua dosa yang telah diperbuat oleh orang yang anda kasihi itu.

Ingatlah bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini sudah ada yang mengaturnya, tinggal bagaimana kita mengambil hikmah dalam setiap kejadian yang kita alami. Karena di balik keburukan pasti ada kebaikan, sebaliknya di balik kebaikan juga ada keburukan. Satu hal lagi, jangan pernah berburuk sangka pada Tuhan dengan mengatakan bahwa semua ini terjadi karena Tuhan tidak menyayangi kita. Tapi yakinlah bahwa justru Tuhan memberi ujian dan cobaan yang berat pada umat yang dicintai-Nya agar dapat mengambil hikmah dan menjadi insan yang lebih baik. Selamat berjuang!

Tips Meningkatkan Kepribadian

Jangan biarkan stress dan pikiran negative mengubah anda menjadi murung, tetaplah gembira dengan latihan kepribadian berikut ini :

Tetaplah tersenyum.

Usahakan tetap tersenyum betapa pun anda memiliki hari-hari yang tidak menyenangkan. Hal ini mungkin terasa seperti terpaksa saat itu tapi anda kemudian akan terheran-heran begitu besar senyum dapat meningkatkan spirit anda.

Pandai mengontrol diri.

Ekspresi wajah merupakan salah satu tanda yang menggambarkan perasaan anda yang paling mudah dikenali. Upayakan ekspresi mimic muka anda netral sekalipun ketika anda tengah marah atau stress dan jangan biarkan dahi berkerut karena kerutan itu perlahan-lahan akan membuat anda tampak lebih tua.

Tetap berkomunikasi

Menutup dan menolak berkomunikasi secara emosi hanya bakal membuat masalah lebih runyam jika hari-hari anda tetap penuh dengan kegelisahan dan ketegangan. Tidak masalah apapun situasinya, cobalah membuat segala sesuatu mudah dan teratur dengan membiarkan berkomunikasi kepada teman atau rekan kerja anda.

Rasakan perasaan orang

Pikirkan bagaimana anda ingin diperlukan orang lain sebelum Anda memuntahkan perasaan kesal kepada orang lain. Tak ada seorang pun di sekitar anda yang ingin menjadi objek cemberut anda. Jika anda tidak ingin diperlukan seperti itu, jangan memberlakukan orang lain seperti itu.

Miliki rasa humor

Seberapa pun beratnya hari-hari anda, cobalah untuk tidak menghilangkan perasaan humor. Tertawa itu baik bagi jiwa dan membantu membuat orang di sekitar anda merasa lebih baik dan tujukan Anda memiliki kepribadian baik.

Tips Menggapai Sukses

Menyesuaikan Dengan Perubahan – Perubahan selalu terjadi, baik kita menyukainya atau tidak. jadi, dari pada marah dengan keadaan, sebaiknya selalu belajarlah menyesuaikan diri.

Membangun Kesadaran – Pahami kekuatan, ketertarikan, nilai serta kepribadian Anda. Ini merupakan alat vital untuk menemukan karir yang tepat, yang sesuai diri Anda. Kalau perlu minta keluarga atau teman untuk mengidentifikasi bakat Anda.

Kenali Pilihan yang Ada – Tetaplah berpikiran terbuka, karena pekerjaan impian Anda bisa saja jauh berbeda dengan apa yang Anda pernah bayangkan.

Manajemen Waktu – Waktu sangat berharga dan cara Anda memanfaatkannya merupakan bagian yang sangat vital dalam startegi mencapai kesuksesan. Jadi, gunakan waktu sebaik mungkin.

Percaya Pada Diri Sendiri – Anda akan sulit mendapatkan apa yang Anda inginkan kalau tak mempercayai kemampuan Anda untuk mencapainya. Jadi, mulai singkirkan pikiran negatif yang menghalangi Anda mencapai tujuan.

Belajar Dari Kesalahan - Jika Anda melakukan sebuah percobaan dan ternyata tak berhasil, sudah pasti itu menyakitkan, menjengkelkan atau memalukan. Tapi jangan pernah berkecil hati, ambil nilai postif dari kesalahan itu dan jadikan pelajaran.

Mengatur Image – Busana merupakan bagian vital dalam citra diri Anda, jadi pikirkan baik-baik tentang apa yang akan rekan kerja pikirkan tantang diri Anda dengan busana yang Anda kenakan. Dan kata kucinya adalah berpakaianlah dengan layak.

Kembangkan Kemampun Bernegosiasi – Ketrampilan bernegosiasi merupakan aset yang sangat berguna bagi Anda, baik Anda telah memiliki pekerjaan tetap atau sedang mencari kerja. Kemampuan ini dapat digunakan untuk memperoleh paket imbalan yang sesuai.

Kembangkan Hubungan yang Efektif – Dalam sebuah hubungan yang sukses orang-orang saling mendengar dan menghormati satu sama lain. Hormat berarti Anda menghargai orang lain sebagaimana adanya mereka. Anda menghargai keunikkan dan kepribadian mereka. Kembangkan hubungan yang terbuka dan jujur dengan rekan kerja, manajer atau pelanggan Anda

SMS Ngerayu

co: say, 1 + 1 berapa ??
ce: 2 say
co: salah mustinya itu 1
ce: koq bisa
co: karena nanti cinta ku dan cintamu akan melebur menjadi 1
ce: ah say bisa aje de :
=======================================================================
co: gw lage bingung neh
ce: bingung napa ??
co: iya bingung,aja. .kok lo bisa ada disini ya sekarang ..??
ce: loh maksudnya ??? (tambah bingung juga )
co: iya, soalnya gw pikir bidadari tuh adanya di kayangan
ce: *&^$^&
=======================================================================
1. Saat pertama kali bertemu, dirimu selalu hadir dalam hatiku. Waktu berjalan bersama bayangmu, inginnya selalu dekat denganmu.

2. Bila bunga cinta gugur menyelubungi hatiku yang sepi dan pudar bersama cinta. Tiada hal yang terindah selain cinta. Cinta yang lahir dari hati.

3. Ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan. Saat diriku dalam siksaan cinta, dirimu melenggang pergi tanpa pernah memikirkanku.

4. Untuk apa berlari dalam kelam? Sedang kabut pun tak mau menyibak. Biarlah semua berlalu, mimpi pun aku tak ingin. Meski rindu ini tercipta untukmu.

5. Adakah di hatimu terbesit satu harapan untuk berjanji selamanya bersamaku? Andai dirimu berada disini untuk membuka kembali jalan cinta. Ada rasa rindu disana yang mengisi relung hati. Adakah rindu di hatimu seperti yang kurasakan?

6. Kutahu kau mencintaiku saat kulihat binar matamu bersinar saat menatapku, teduh dan hangat. Kutahu kaulah tempatku bersandar dan berlindung.

7. Aku dengar bisikan angin sampaikan pesanmu padaku. Aku rasakan tetesan embun sebagai lambang kasih sayangmu. Kulihat pelangi hati sebagai gambaran cintamu padaku. Kurasakan ketulusan, kejujuran, dan kesetiaanmu padaku. Kini aku menyadari bila dirimu kau sangat sayang padaku. Tapi semua terasa menjadi tiada indah tanpa dirimu. Kan kujaga semua yang pernah kau berikan padaku, cinta.

8. Kukirimkan malam ini cinta suciku untukmu bersama hembusan angin teduh. Kusalurkan kasih sayangku melalui pori-pori jiwaku untuk bekal tidur yang kau jenjang dalam dekapan kasih membelai jiwamu.

9. Mengapa harus berjumpa saat diriku telah berdua? Ingin diriku lari dari kenyataan bersama hasratku bersamamu. Namun kutak kuasa melawan sumpah yang telah terucap.

10. Cinta pandangan hati adalah anugerah. Cinta yang tumbuh dari hati meninggalkan rasa sayang yang sangat mendalam. Bila seseorang dapat merasakan cinta yang tumbuh dari hati, itulah yang disebut cinta sejati.

11. Ingin kututurkan kata demi kata, tentang perasaanku padamu.dirimu adalah cahaya dalam hatiku? Semoga kita dapat bersatu.
12. Lembayung tergores kelam, menjelajah anganku pilu. Getar kasihmu dalam badai, tinggalkan mimpi menuju harapan. Adakah harapan itu untukku?
13. Ketahuilah, cinta tak akan pernah sekalipun mengetahui tingkat kedalamannya, bila ia belum diterkam oleh perpisahan.
14. Aku datang atas nama cinta dan kini kau datang membawa putih cintamu yang begitu manis melekat dalam relung jiwaku.
15. Jika kegelapan menyembunyikan pepohonan dan bunga-bunga dari penglihatan kita. Ia tidak akan menyembunyikan cinta dalam hati kita.
16. Andaikan saja aku berani berkata cinta. Kini diriku merasa lelah memendam rasa. Ingin kuungkapkan semua, meski tanpa akhir terindah.
17. Meski cinta tak terbalaskan, tapi tetap akan kutunggu hingga engkau hanya memikirkanku seorang.
18. Cinta adalah misteri yang sulit dimengerti. Cinta merupakan anugerah bagi insan manusia. Cinta adalah kebahagiaan yang terpancar dalam diri seseorang, meski terkadang cinta juga meninggalkan rasa sakit. Adakah cinta abadi? Akankah cinta selalu bersemi?
19. Cinta berpuisi seribu makna. Bertahun-tahun perjalanan cinta yang tak pernah terpisahkan oleh waktu dan jarak.
20. Berharap datangnya cinta bagai bunga di musim lalu, dan mengharap turunnya hujan. Kupercaya akan janji, seperti kupercaya terbitnya matahari esok pagi.
21. Terlihat rona mata yang indah, penuh gairah dan kedewasaan. Ramah kala menyapa, dan indah saat bertutur. Entah harus berkata apa, hati ini terpikat oleh pesonanya.
22. Anganku tak berhenti bersajak. Walau kutahu, kau tak pernah menganggap diriku ada, meski rasa letih mendera, aku tak akan pernah melepaskannya lagi. Kau hanya mimpi yang tak akan menjadi nyata hingga segala rasa harus padam dan berakhir. Kan selalu kurasakan hadirmu antara ada dan tiada.
23. Dingin angin malam membawa khayalan kian pasti. Kugantung impian dan asa, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan dirinya.
24. Mencintaimu setulus hati, mengarungi lautan untuk mendapatkan cinta suci. Tak akan pernah menduakanmu walaupun terpisah jarak dan perbedaan.
25. Tak semua kata dapat terucap, lain di mulut lain di hati. Suatu hari nanti, kau akan tahu, rasa cinta yang tersimpan.
26. Nikmatilah cinta dengan kasih putih, maka akan lahir cinta sejati.
27. Mengagumimu apa adanya dan menjadi inspirasi dalam hidupku. Membangkitkan rasa cintaku menjadi tak terbatas. Kini, kuserahkan diriku apa adanya.
28. Tak akan pernah tahu, kemana mata hati melangkah dan berpijak. Sosokmu hanya banyang semu di hati. Abadilah asa bersama mimpiku.
29. Sesaat mengenal telah menambah arti dalam hidupku. Kudapatkan anugerah terindah di bulan penuh berkah. Tanpa kata janji, hanya ungkapan cinta dan saling pecaya. Berdua kita jelang masa depan bersama dalam satu cinta, abadi selamanya.
30. Rindu akan belaianmu, kasih sayang, dan ketegaranmu. Walau semua itu t鈥檒ah berlalu, tapi takkan pernah terlupakan hingga akhir hayatku.




Mo blg kngn, diblng sok dekat.
Mo bilang sayang, takut dianggap gk taw malu.
Mo bilang…CINTA, Tkt dh ada yg poenya.
Terpaksa dech cm bs bilang lg ngapa??
======================================
Wafer bkata pd coklat
“Qt ni sungguh manis kn?”
Coklt menjawab
“ U pikir qt yg paling mnis?
U liat donk org yg baca sms ni
Lebih Manis!!
Liat..LIat
Dy tersenyum
Duh.. Manisnya…”
=========================================
Stitik ksh mbwt qt sayanx,
seucap kta mmbwt qt percaya,
sekecil luka mbwt qt kecewa,
tp sebuah P’shabtan akn slamanya bermakna…
========================================
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
==========================================
Musim Terindah adalah ….
Ketika kau nyalakan pagi dengan senyummu
Ketika kau payungi siang dengan sapamu
Ketika kau tutup malam dengan belai manjamu
I luv u…
=====================================
Prtmnan qt g seperti esia yg setia 1 jm
Gk seperti baygon yg setia 8 jm
N gk sprt pepsodent
Yg setia 12 jam
Prtmanan qt hrs sperti…?
Rexona
Yg setia setiap saat
=======================================
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak, bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka…
=============================
PERINGATAN PEMERINTAH: HATI2 THD SMUA UNGKAPAN CINTA DAN RAYUAN LEWAT SMS, KARENA SEMUANYA BOHONG. KECUALI SMS DARIKU????
===============================
Rayulah aku,dan aku mungkin tak mempercayaimu. Kritiklah aku, dan mungkin aku tak menyukaimu. Acuhkan aku, dan mungkin aku tak memaafkanmu. Semangatilah aku, dan mungkin aku tak kan melupakanmu(William Arthur)
==================================
Inginku kirim
BUNGA, takut ia kn
LAYU, ingin ku kirim
SENYUM, takut tak
DIBALAS, ingin ku
kirim RINDU, takut
HASRAT tak ksmpaian.
jadi, ku kurim DOA
agr dirimu sht sllu..
==================================
Kata PETERPAN hidup itu butuh dengan SAHABAT.
Biar kita tidak KESEPIAN kayak DIGTA,
Dan juga kita jangan kayak RATU yang bisanya cuma nyari TTM,
Kan kita sudah dibilangin ama RADJA,kita harus JUJUR,
Biar tidak PUDAR seperti ROSSA,
Makanya kita harus bisa cari CINTA YANG SEMPURNA layaknya KANGEN BAND.
====================================



S-Seandainya
E-Engkau
L-Lebih kenal
A-Akan diriku
M-Maka aku
A-Akan
T-Tersenyum
M-Manis utkmu
A-Agar engkau
L-Lebih tahu
A-Aku sentiasa
M-Merinduimu
=======================
matamu bak purnama merindu
bisikmu seperti syahdu menusuk jiwaku
bibirmu telaga madu manis di sudut senyummu
bunga depositomu adalah sumber inspirasiku
==============================
MetroTV, CNN, detikcom, Bang Napi, Liputan 6, Antara, ESPN, WordPress News adalah berita basi
kabar darimu lah yang selalu kunanti
==========================================
tau ga knapa malem ini ga ada bintang ??
soalnya bintangnya pindah semua ke matamu…
======================================
Sekarang aku gendutan gak sih?
km tau gak kenapa?
soalnya….
km udah mengembangkan cinta yang banyak dihatiku….
======================================
cintaku lebih gombal dari pada sekedar gombalan para gombalers
======================================
Ingetin aku buat bawa kacamata hitam kalo ketemu kamu yak. Abisnya pesonamu menyilaukanku siy…
=====================================
kopi ini pahit, tapi kalau minum sambil melihat dirimu, kopi ini terasa manis deh…
============================
Bersama SMS ini, kami sampaikan rasa sayang yang tulus. Demikianlah
SMS ini disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Selamat Malam
Pikirkanlah sebelum mengambil keputusan. Tetapi untuk mencintaiku,
jangan berpikir terlalu panjang.
Aku kirim SMS cinta ini untukmu. Mohon jangan dibalas. Aku takut
kamu menjawab sebaliknya
Cinta yang mengebu lebih banyak bohongnya. Aku mencintaimu dengan
biasa saja. Seperti Matador dengan Bantengnya
Apakah kasih sayang perlu diucapkan? Tidak perlu. Makanya aku kirim
SMS ini padamu, hingga tidak perlu mengucapkannya.
Walaupun pulsaku tinggal sedikit, aku akan tetap mengirim SMS cinta
untukmu. Selamat malam..
cowoknya: memperlihatkan senyummu, sungguh tidak baik untuk kesehatan
ceweknya: lha ko bisa
cowoknya: bikin kangen soalnya…
ceweknya:
ceweknya: huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
==============================================
(1) Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’
(2) Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih!
(3) Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu.
(4) Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa.
(5) Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal.
(6) Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu.
(7) Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu.
(8) Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya.
(9) Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku.
(10) Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan!
(11) Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum.
(12) Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu
(13) Wah, ini angka sial???! (enggak ding). Udah dulu ya… Soal sms-sms itu, ga usah nanya dari mana sumbernya, selama Anda bisa membuatnya datang dari hati.
=============================
Cara Merayu Wanita (JANGAN MUNTAH….)
(dikereta…)
Cowok : Mbak jangan pegangan sama besi kereta..
Cewek : Emang kenapa..?
Cowok : Kayaknya besinya kotor tuh.. pegangan sama aku aja… )
Cowok: Maaf mba, jangan terlalu lama duduk dikursi itu, pindah dideket saya aja
Cewek: Loh?? kenapa??
Cowok: Takut dikerubung semut.. soalnya mba manis..
Cowok : Mbak, orang tuanya pengrajin bantal ya..?
Cewek : Hah..!!!? bukan.. Emang kenapa..?
Cowok : kok kalo deket sama mbak rasanya nyaman yach..
Cowok : Mbak jangan ngomong ya..
Cewek : Lho.. emang kenapa..?
Cowok : Karena biasanya aku malemnya enggak bisa tidur kalo abis denger suara dari bibir yang indah…
Cowok : Mbak bajunya enggak pernah disetrika ya..?
Cewek : Enak aja… emang kenapa..?
Cowok : biasanya kalo cewek udah cantik enggak perlu lagi nyetrika baju..
Cowok: Mbak, bapaknya ahli perbintangan ya??
Cewek: Ah.. enggak, memang kenapa??
Cowok: Saya lihat bintang dimata mbak…
Cowok: “kamu itu seperti sendok…”
Cewek: “Kenapa?”
Cowok: “Karena kamu ngaduk-ngaduk perasaan aku…”
Cowok: “Mbak punya obeng nggak?”
Cewek: “Hah? Gak Punya tuh.”
Cowok: “Tapi kalo nomor telepon punyakan?”
Cowok: “Kamu sekali-sekali nyuci piring dooonk”
Cewek: “Hah? emang kenapa ?”
Cowok: “Ini tangan kamu terlalu lembut…”
Cowok: “Kamu pasti enggak pernah maen bola ya..”
Cewek: “Iya laaah.. emang kenapa…?”
Cowok: “Soalnya kaki kamu bagus banget….”
Cowok: “Mbak punya uang koin? Boleh minta?”
Cewek: “Buat apa ?”
Cowok: “Aku udah janji sama ibu kalau aku akan menelepon dia bila aku jatuh cinta”
Co: Eh eh.. gw ada tebakan neh
Ce: .. ok ok.. apa tebakannya
Co: Panda apa yang paling imut manis dan lucu?
Ce: Semua panda mah imut kali..
Co: Engga.. ada satu yg paling ga ngebosenin..
Ce: Nyerah deh..
Co: Panda-ngin kamu sepanjang hari..
Ce: Ah.. abang ah.. (malumalubego)
co: kok kamu msh marah sih ama aku ?
katanya kamu selalu memberikan seribu maaf untukku ?
ce: Sapa suruh mau percaya ? kamu bodoh yah…
co: Emang aku ini bodoh…
tapi aku bukan org bodoh yang menyukai dirimu..
ce: ………..
Co: knapa malem ini gelap banget ya
Ce: mendung kali bang
Co: kyknya nggak dech
Ce: trus napa bang
Co: soalnya bulannya sedang menerangi
& menemaniku disini
co: kemarin aku liat ada 1000 bintang di langit
ce: ah yang bener??
co: iya bener, tapi sekarang tinggal 998 bintang…
ce: lho…kow bisa ilang dua?
co: iya 2 bintang yang ilang itu ternyata ada di dalam mata kamu
(sambil liat matanya dalam2)
co: bapak kamu maling ya?
ce: ih….kow jahat sie bapak ku dibilang maling. kow gitu?
co: iya soalnya kamu pintar banget mencuri hatiku..
co: bapak kamu nahkoda ya?
ce: enggak kow….
co: tapi koq aku ingin sekali berlabuh di pelabuhan hatimu….
co: Lo kenapa sih?
co: Sakit ga sih?
ce: Sakit kenapa?
co: Bidadari kaya lo, jatuh dr langit.. Sakit ga sih?
co: say, 1 + 1 berapa ??
ce: 2 say
co: salah mustinya itu 1
ce: koq bisa
co: karena nanti cinta ku dan cintamu akan melebur menjadi 1
ce: ah say bisa aje de :
co: gw lage bingung neh
ce: bingung napa ??
co: iya bingung,aja. .kok lo bisa ada disini ya sekarang ..??
ce: loh maksudnya ??? (tambah bingung juga )
co: iya, soalnya gw pikir bidadari tuh adanya di kayangan
ce: *&^$^&
ce: bang, kalo aye jadi bunga, abang jadi apa?
co: abang pengen jadi matahari neng…
ce: kok ga jadi kumbang sih bang??
co: kan bunga ga bisa hidup tanpa matahari neng…
ce: mmm,, kalo aye jadi bulan, abang jadi apa?
co: abang tetep pengen jadi matahari neng…
ce: kan matahari ma bulan ga isa ketemu bang??
co: kan bulan bisa bersinar karena sinar matahari neng..
co: kamu tahu apa definisi dari indah ??
ce: mm..yg jelas indah itu cantik…
co: well bener sih, tp menurut gw …
indah itu adalah saat dimana kita ngga merasakan sedikit pun
keburukan di dalamnya ..
kmu pernah ngerasain yg begitu ???
ce: mungkin kalee ya
co: klo aku sering bgt…dan itu adalah saat…..diriku bersama dengan
dirimu
ce: malu
======================
Dari bule sono:
M: “Are you an Interior Decorator?”
W: “No. Why?”
M: “When I saw you enter, the room became beautiful”
—————————————————–
M: “Are you religious?”
W: “Yes “
M: “Good, because I’m the answer to your prayers.”
————————————————–
M: “Baby, did you fart, Cause you blow me away…”
—————————————————————–
M: “How is your fever?”
W: “What Fever?”
M: “Oh.. you just look so hot to me…”
—————————————-
M: “Wow! I didn’t know that angels could fly so low!”
——————————————————
(This is a good one !)
M: “Can I get a picture of you to prove to my friends that angels do really exist.”
———————————————————————
M: “Wow! How did you do that???!!!”
W: “Do what?”
M: “Look so good…”
—————————————————-
M: “Hey Laura!! (Big Hug), I haven’t seen you FOREVER!!!! (Huge KISS)
Wow, you’ve really have changed!!!
W: “Wait, I’m not Laura..”
M: “What? Oh my god, You even changed your name!!!



Aku tidak minta bintang atau bulan kepadamu.
Cukup temani aku selamanya di bawah cahayanya.
Kamu punya profesi jadi pencuri ya?
Abisnya kamu mencuri hatiku sih!
+ Kamu tau apa yang sedang aku pikirkan saat ini?
- Tidak. Apa?
+ Kamu.
+ Kamu pasti pengrajin sendok.
- Emang kenapa?
+ Karena kamu selalu mengaduk-aduk perasaanku.
Kalau rumahmu kebakaran, telpon pemadam kebakaran.
Kalau kamu kecurian, telponlah polisi.
Tapi kalau kamu kesepian, telponlah saya.
+ Sakit nggak waktu kamu jatuh?
- Jatuh? kapan?
+ Waktu kamu jatuh dari langit ke dalam hatiku.
+ Aku didiagnosa sakit jantung.
- Hah! Kok bisa?
+ Iya. Jantungku selalu berdegup kencang bila dekat denganmu.
+ Kamu pasti kuliah di seni pahat ya?
- Nggak. Emang kenapa?
+ Soalnya kamu pintar sekali memahat namamu di hatiku.
+ Ibu kamu pasti tukang bantal ya?
- Emang kenapa?
+ Kalo deket denganmu aku selalu merasa nyaman.
+ Bapak kamu pasti seorang astronot.
- Bukan. Emang kenapa?
+ Soalnya aku melihat banyak bintang di matamu.
+ Kamu nggak capek bolak-balik terus?
- Bolak-balik gimana maksudmu?
+ Bolak-balik dalam pikiranku.
+ Kamu pasti selalu malas cuci piring.
- Enak aja!
+ Soalnya tanganmu halus sekali.
+ Kamu punya kunci apa aja sih?
- Kunci rumah, kunci mobil, kunci lemari. Emang ada apa?
+ Punya nggak kunci untuk membuka hatimu kepadaku?
+ Kakekmu pasti penambang ya?
_ Hus.. Jangan sembarangan ngomong.
+ Soalnya banyak berlian di matamu.
+ Setiap malam aku berjalan-jalan di suatu tempat. Kamu tau di mana itu?
- Di mana?
+ Di hatimu.
+ Kamu tau berapa kali kamu datang dalam pikiranku?
- Tidak.
+ Hanya sekali.
- Hanya sekali doang?
+ Ya. Sebab kamu tidak pernah pergi lagi dari pikiranku.
+ Kalau suatu saat kamu menghancurkan hatiku, kamu tau apa yang akan kulakukan?
- Kamu akan menyakitiku?
+ Tidak. Aku akan mencintaimu dengan kepingan yang tersisa.
+ Aku suka senyum-senyum sendiri lho.
- Hah? Gila dong.
+ Nggak. Aku sedang mikirin kamu.
+ Kamu punya peta nggak?
- Peta apa?
+ Peta hatimu. Karena aku tersesat dan tak bisa keluar dari hatimu.
+ Kata orang bulan itu indah. Tapi aku tidak suka.
- Emang kenapa?
+ Soalnya tidak ada kamu di sana.
+ Kamu tau nggak kenapa cuaca hari ini panas banget?
- Tidak.
+ Karena tidak ada yang mendinginkan hatiku.
+ Kemarin aku ke dokter mata. Kamu tau apa kata dokter?
- Apa? Parah?
+ Kata dokter ada kamu di mataku.
+ Boleh nggak aku liat punggungmu?
- Hah? Kenapa?
+ Aku ingin melihat sayapmu. Karena kamu pasti seorang bidadari.
http://www.tunardy.com
SMS Cinta


Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu
================================
Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan!
===============================
Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu.
==============================
Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum.
===============================
Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya.
===============================
Haruskah aku tersenyum penuh bahagia karena menjadi sahabatmu, atau menangis dalam perih derita, karena tak bisa lebih dari itu.
================================
Kau begitu kucinta, hingga ketika bersamamu mati seperti bisa kutunda, dan tanpamu, hidup serasa tiada guna.
================================
Hari ini aku menangis bukan karena merindukanmu, atau mendambamu kembali. Tapi karena akhirnya aku sadar, aku bakal baik-baik saja tanpamu.
===================================
Aku tak pernah tau kebahagiaan sesungguhnya, sampai ketika aku mendapatkan cintamu. Dan aku tak pernah tau derita sebenarnya, sampai aku kini kehilangan itu. Terima kasih telah mengenalkanku pada kedua rasa yang tak akan kulupa.
=================================================
Aku tak mungkin bisa mengatasi semua masalah yang menimpamu. Tapi aku janji, bakal selalu bersamamu untuk menghadapinya.
===================================================
Sejujurnya, kadang aku sembunyi, karena ingin kamu temukan. Menjauh karena ingin kamu ikuti. Menangis karena ingin kamu tenangkan. Menjatuhkan diri, karena ingin kamu tangkap.
==================================================
Aku pengen bersamamu cuma pada dua waktu: SEKARANG dan SELAMANYA
======================================
Dulu aku heran, napa orang sampe berantem ‘hanya’ karena cinta. Trus aku inget muka kamu, dan tiba-tiba, aku merasa siap menghadapi Perang Dunia Ketiga.
====================================
Aku akan berhenti mencintaimu, ketika berlian tak lagi berkilau, bunga tak lagi bersemi, petir tak lagi bergemuruh, sungai tak lagi mengalir, bintang tak lagi bersinar, pelangi tak lagi membias. Ah, ngga juga. Kalaupun itu terjadi, aku tak akan berhenti.
====================================
Kamu selalu punya cara buat aku ketawa, saat aku bahkan lagi ngga pengen tersenyum. Gila kamu ya!
====================================
Temen-temenku nanya, apa sih yang aku lihat di diri kamu? Aku diem aja. Soalnya, kalau aku cerita, bisa-bisa mereka bakal suka juga.
======================================
Aku nggak menangis karena kehilanganmu, tapi mengetahui kau tak pernah berusaha mencegahku pergi.
=====================================
Plis aku butuh bantuan kamu. Soalnya, kunci buat membuka pintu kebahagiaanku, ga tau napa, ada padamu.
========================================
Kau begitu kucinta, hingga ketika bersamamu mati seperti bisa kutunda, dan tanpamu, hidup serasa tiada guna.
========================================
Aku ingat kamu ketika seneng, karena aku selalu ingin berbagi kebahagiaan denganmu. Ingat kamu ketika sedih, karena kamu orang yang selalu mengerti perasaanku. Ingat kamu ketika ketawa ato nangis, karena kamu selalu membuat tawaku semakin lebar, dan membuat air mataku berhenti keluar.


Mencintaimu adalah keindahan
Dicintaimu adalah kebahagiaan
-------------------------------
Tidurlah tidur sayangku
Kujaga kamu dengan doaku
Kuselimuti kamu dengan cintaku
-------------------------------
when u miss me please call me…
when i miss u , i will miss call u…pelit bgt ga siiii
-------------------------------
I have a pen
my pen is blue
I have a friend
my friend is you…
------------------------------
Luka Pa yG BikIn seneng……….

Luka’ta Gw cantik….
EmaNG..

LuKa..ta gW PiNtEr…
FakTA….

Emanx.. LUka’Wan
PalinG JU2r….

He.H3..H3………
-----------------------------
Selamat malam
Handphone kan kutidurkan
Sebelum terpejam
Beri aku satu kecupan
-----------------------------
Kecupan di pipi,
seperti pesan ringan
yang kau kirimkan
----------------------------
Wanita diciptakn dari rusuk pria,
Bukan dari kepalany untuk mnjadi atasannya
Bukan pula dari kakinya untuk mnjadi alasny.
Melainkan dari sisinya untuk mnjadi teman hidupny
Dekat dg lengannya untuk di lindunginy
dan dekat pula dg hatiny untuk di cintainy,,,
--------------------------
miLikiLah SEbuAh “HATI” yG tidak PerNah MemBenCi, seBuah “SENYUMAN” YanG tiDak perNah PudaR,SebuAh “SENTUHAN” yG tiDAk PeRnah MenYakiTi dan seBuah “PERSAHABATAN” yanG tidAk pRnah BeraKhir.
--------------------------
orang di barat bilang permata itu indah aku diam…..
orang ditimur bilang intan itu indah aku diam
orang diselatan bilang emas itu indah aku diam…..
orang Di barat,timur,selatan semua diam….
saat aku bilang KAMULAH YANG PALING INDAH………
--------------------------------
saat berakhir , tak pernah terpikir olehku …
tak sedikit pun aku bayangkan , kau akan pergi meninggalkan ku sendiri …
begitu sulit aku bayangkan ,
begitu sakit ku rasakan …
kau akan pergi tinggalkan aku sendiri …
akankah kau kembali … ???
-------------------------------
huhu
aku mau makannnnnnnnnnnnn
ingat nasi
aku mau bokerrrrrrrrrr
ingat wc
aku mau tidur
ingat bantallll
cintaaaaaaaaaaa
mereka udah gilaaaaaaaa

(plesetan lagunya maia ahmad)

------------------------------
Kubawakan kamu kembang
kau bilang sayang
Kukirim kamu lagu
kau bilang lalu
Kuberi sepotong coklat
kau bilang dapat
Bila kuberi cinta
kan kau bilang apa


1x aku dilahirkan
1x aku hidup
1x aku akan mati
1x aku akan mencintai seseorang
mencintai kamu…
Sms… Sms…
Ada syapa dsitu?
Dsini ad org yg sayang padamu.
Jika sayang padaku… Sms balik d0ng…

Sms Cinta – Sms Rayuan – Sms Gombal
Mulai dari Sms cinta, koleksi sms cinta, sms gombal, ungkapan cinta sms, sms cewek, sms cinta buat si dia, ungkapan cinta gokil.. waduwh, semua yang dicari bikin bingung.. Eh, dari pada bingung baca dulu dee koleksi sms ini
Salam MANIS beserta MADU
salam SAYANG beserta I LOVE U
salam RINDU beserta I MISS U
salam INGATAN kuingin tahu..
HOW ARE U?
Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku,
jujur…cuma sekali. Soalnya ga’ pernah pergi lagi sih
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T V W X Y Z
oops! I Miss U..
1x aku dilahirkan
1x aku hidup
1x aku akan mati
1x aku akan mencintai seseorang
mencintai kamu…
Sms… Sms…
Ada syapa dsitu?
Dsini ad org yg sayang padamu.
Jika sayang padaku… Sms balik d0ng…
1 p0h0n bs jadi hutan
1 senyuman bs jd perhatian
1 sentuhan bs jd hal yg tak trlupakan
1 orang sepertimu bs jadi rebutan

Nih ud aq siapin makan siang yg istimewa bwt kmu:
segelas cinta, sepiring rindu, semangkok sayang, sepotong kasih, secuil cemburu, dan sebuah doa…
Met maem cinta..
Klo kmu ajak aku melompat bareng, aku gak ikut!
Aku memilih turun ke bawah untuk menangkapmu…
Sempet bingung juga, k0q aku senyum sendiri sih, trnyata aku lg mikirin kamu..
“cNTa MeMBuaT s’BuLaN sRaSa s’JaM., s’TaHuN sRaSa s’HaRi;DaN sTiap k’TDkHaDiRaNmu TeRaSa BgaikN S’aBaD………”
DEmi bULAN aQoO cINta KAMoo
DeMi BinTANgH AQOOo saIAngDh m KAMoo
dEmi MAtahaRi aqoo cINtaa MATeE amA KAmoo ..
EgHHhH . ..
DeMI BumI.. AQOO salAH kIriM Sms K kamoo. . .

Ikan hiu pegal-pegal
i luv u all
aku tulis namamu di pasir tapi mudah terhapus..
aku tulis namamu di udara tapi terbawa angin..
lalu aku menulis namamu dihatiku dan aku..
aku…
aku…
kena SERANGAN JANTUNG..!!!

Neng, dah liat brita hr ni blom??
tlah dikabarkan, seorang wanita jelita..
lg b’bahagia!!
karna…
dah tau lom??
karna gi baca sms dr co’ lucu kaya’ aku
Ayang…
a..yang…
aa..ayang…
aa…
aaa… yang haus, yang haus…yang haus
aqua gopek, aqua dingin…
sprite, Fanta, Cola 2000 hehe….
SenYum Sama Anak Kecil, Tandanya KAsih….
Senyum Sama Orang Tua TandAnya Sayang,,,,
Senyum Sama Pacar Tandanya Cinta…..
sEnyum Sama Gw,,,,TandanYa Nge-Fans…
Ich,,,Masih Senyum2 Lagi!!!
NgeFans Banget Ya mA Gw…
Eh, tanya dong, sakit gak sih? … Bidadari kaya kamu jatuh dari surga ke bumi ini”
“Waktu hamil kamu dulu, ibumu pasti ngidamnya kopi ya?
Abisnya gara-gara inget sama kamu, aku jadi susssaaahh tidur…”

News Paper / Surat Kabar

* Link Pemerintah
* Koran SINDO
* Kantor Berita
* Metro Siantar
* Kantor Berita
* Koran TEMPO
* Kompas
* SIB Medan
* Harian Analisa
* Harian Waspada
* Kompas
* Detik Com
* Tokoh Indonesia
* Gatra
* Jawa Post
* Jakarta Post
* Media Indonesia
* Tokoh Indonesia
* Gatra
* Majalah Militer
* Suara Pembaruan
* e-Government

Mangido Gondang ni Ulaon

1 Gondang Mulamula

Tangan do botohon, ujungna jarijari,
Jarijari sampulu marsiganjangganjangi.
Jonjong hami dison, jumolo marsantabi,
Santabi di amanta raja, santabi di inanta soripada.

On pe nuang amang parogung oloan, panggora sungkot di langit, parsoara tandos tu tano, pargonsi sitombus dolok, parpanangar na gok di rura, partaganing parunung-unung, parsarune parende-ende, partarias namalo.

Alualuhon ma jolo tu Ompunta Mulajadi, Sitompa Hasiangan, Sigomgom Parluhutan, Silehon Aek Na Tio, asa tangkas na di banua.

Alualuhon ma muse tu sahala ni amanta raja, raja na hot di adat, raja na ingot di umum, sitiop parpatihon dohot sitiop hatian.

Alualuhon ma muse tu badia ni inanta soripada mulia, ina parorot, ina batak mardinding, ina batak marparapara.

Ia nunga dialualuhon hamuna i, amang pargonsinami,
Gorga ni jabu ruma, binuat batu hula.
Manortor hami nuaeng dison, bahen hamu ma jolo Gondang Mulamula.

2 Gondang Sombasomba

Dison hami …….., asa rap marsomba hami tu Debata, dung i laos husombasomba hami ma muse ……, di antaran na bidang, di lobuan na godang on.

Ala ni i, pargonsi, laos bahen hamu ma Gondang Sombasomba i.

3 Sampur Marmeme

Asa songon na nidok ni umpasa:
Rintar songon bonang di gala,
Tio songon mata ni mual,
Jumpang na jinalahan,
Tarida na niluluan.

Bahen hamu ma, Gondang Sampur Marmeme i.

4. Gondang Simonangmonang

Asa tinoto ni ulaon on, dapot hamonangan, mandopang hahijangon, asa andar parsaulian di …… jala tongam di tonga ni mangajana.

Bahen damang ma, pargonsi, Gondang Simonangmonang i, asa mangaliat hami.

5. Gondang Sampur Marorot

Ia nunga dibahen hamu Gondang Simonangmonang i, jala nunga mangaliat hami, liat ni hagabeon ma i, liat ni parhorasan, manjalahi hamonangan, di …… rodi situan natorop, na humaliang na lumolo.

Sai anggiat ma tinoto ni ulaon on, papitahon nauli, mandimposi na denggan, pinarorot ni adat sian paradatan, pinarorot ni uhum sian paruhuman, pinarorot ni patik sian parpatihan.

On pe, nuaeng pargonsi, bahen hamu ma Godang Sampur Marorot i.

6. Gondang Didangdidang

Ia nunga dibahen hamuna Gondang Sampur Marorot i, sai pinarorot ni adat ma tutu, pinarorot ni patik dohot uhum, saluhut hasuhuton on dohot nahumaliang.

Tinoto ni ulaon on, anggiat ma ……
Tuhanta ma na masumasu hita, dohot mandidangdidang sude gomparan ni ……, asa rap mandidang sahala ni amanta raja, dohot badia ni inanta soripada mulia.

Bahen hamu muse Gondang Didangdidang i.

7. Gondang Sitiotio dohot Hasahatan

Pininta ni ulaon ……. on anggiat ma songon hata ni sijolojolo tubu:
Marsiaminaminan songon lampak ni gaol,
Marsitungkoltungkolan songon suhat di robean.
mangulahon dibagasan sada pangkilaan

asa marjunjungan songon dolok
marbanggua songon rura
jumpang na jinalahan
tarida na niluluan.

Las ma dingindingin, las ginolomgolom,
Horas ma tondi jala madingin, Tuhanta ma na manggomgom.

Martantan ma baringin, mardangka hariara,
Matorop maribur ma gomparan ni ……
Matangkang ma juara.

Sitongka ma di hita na sambar parnidaan,
sitongka ma nipi na halobuan,
sitongka ma bala ni na niula,
sitongka ma sahitsahit tu jolma.
Sai sipatiur na di juluan ma, jala sipatio na di jaean, di saluhut ……. on.

Sahatsahat ni solu ma, sahat tu bontean,
Sai sahat ma ……. on,
Sahat gabe, sahat horas.

Sahat ma nauli, sahat ma na denggan hasahatan ni tortornami bahen hamu ma Gondang Sitiotio.

Tentang kematian Batak

Sari Matua, Saur Matua, Mauli Bulung di Tengah Masyarakat Batak

Berbicara tentang Sari Matua, Saur Matua dan Mauli Bulung adalah berbicara tentangkematian seseoang dalam konteks adat Batak. Adalah aksioma, semua orang harus mati, dan hal itu dibenarkan oleh semua agama. Bukankah pada Kidung Jemaat 334 disebut: “Tiap orang harus mati, bagai rumput yang kering. Makhluk hidup harus busuk, agar lahir yang baru. Tubuh ini akan musnah, agar hidup disembuhkan. di akhirat bangkitlah, masuk sorga yang megah.”
Selain yang disebutkan diatas, masih ada jenis kematian lain seperti “Martilaha” (anak yang belum berumah tangga meninggal dunia), “Mate Mangkar” (yang meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan), “Matipul Ulu” (suami atau isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil-kecil), “Matompas Tataring” (isteri meninggal lebih dahulu juga meninggalkan anak yang masih kecil). Sari matua Tokoh adat yang dihubungi Ev H Simanjuntak, BMT Pardede, Constan Pardede, RPS Janter Aruan SH membuat defenisi : “Sari Matua adalah seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).

Mengacu kepada defenisi diatas, seseorang tidak bisa dinobatkan (dialihkan statusnya dari Sari Matua ke Saur Matua. Namun dalam prakteknya, ketika hasuhuton “marpangidoan” (bermohon) kepada dongan sahuta, tulang, hula-hula dan semua yang berhadir pada acara ria raja atau pangarapotan, agar yang meninggal Sari Matua itu ditolopi (disetujui) menjadi Saur Matua.
Sering hasuhuton beralasan, “benar masih ada anak kami yang belum hot ripe (kawin), tetapi ditinjau dari segi usia sudah sepantasnya berumah tangga, apalagi anak-anak kami ini sudah bekerja dan sebenarnya, anak kami inilah yang membelanjai orang tua kami yang tengah terbaring di rumah duka. “Semoga dengan acara adat ini mereka secepatnya menemukan jodoh (asa tumibu dapotan sirongkap ni tondi, manghirap sian nadao, manjou sian najonok). Status Sari Matua dinaikkan setingkat menjadi Saur Matua seperti ini ditemukan pada beberapa acara adat.
Tokoh adat diatas berkomentar, permintaan hasuhuton itu sudah memplesetkan nilai adat yang diciptakan leluhur. Pengertian Sari Matua, orang itu meninggal, sebelum tugasnya sebagai orang tua belum tuntas yakni mengawinkan anak-anaknya. Tidak diukur dari segi umur, pangkat, jabatan dan kekayaan.
Mereka memprediksi, terjadinya peralihan status, didorong oleh umpasa yang disalah tafsirkan yakni: “Pitu lombu jonggi, marhulang-hulanghon hotang, raja pinaraja-raja, matua husuhuton do pandapotan.” (semua tergantung suhut). Umpasa ini sasarannya adalah untuk “sibuaton” (parjuhutna-boan), karena bisa saja permintaan hadirin parjuhutna diusulkan lombu sitio-tio atau horbo, tetapi karena kurang mampu, hasuhuton menyembelih simarmiak-miak (B2), atau sebaliknya jika mampu, simarmiak-miak marhuling-hulinghon lombu, simarmiak-miak marhuling-hulinghon horbo. Faktor lain ujar mereka, adanya “ambisi” pihak keluarga mengejar cita-cita orang Batak yakni hamoraon, hagabeon, hasangapon. Selanjutnya, dongan sahuta, terkesan “tanggap mida bohi”, karena mungkin pihak hasuhuton orang “terpandang”.
Sebenarnya, untuk meredam “ambisi” hasuhuton, senjata pamungkas berada ditangan Dongan Sahuta. Benar ada umpasa yang mengatakan : “Tinallik landurung bontar gotana, sisada sitaonon dohot las ni roha do namardongan sahuta, nang pe asing-asing margana.” Tetapi bukankah ada umpasa yang paling mengena: “Tinallik bulu duri, sajongkal dua jari, dongan sahuta do raja panuturi dohot pengajari.” Mereka harus menjelaskan dampak negatif dari peralihan status Sari Matua ke Saur Matua berkenaan dengan anak-anak almarhum yang belum hot ripe. Artinya, jika kelak dikemudian hari, anak tersebut resmi kawin, karena dulu sudah dianggap kawin, tentu dongan sahuta tidak ikut campur tangan dalam seluruh kegiatan/proses perkawinan. Barangkali, bila hal itu diutarakan, mungkin pihak hasuhuton akan berpikir dua kali, sekaligus hal ini mengembalikan citra adat leluhur.
Selanjutnya, ada pula berstatus “Mate Mangkar” berubah menjadi Sari Matua, karena diantara anaknya sudah ada yang berumah tangga namun belum dikaruniai cucu. Hasuhuton beralasan, parumaen (menantu) sudah mengandung (“manggora pamuro”). Hebatnya lagi, parjuhutna (boan) sigagat duhut (bukan simarmiak-miak merhuling-hulinghon horbo).
Saya kurang setuju menerima adat yang demikian”, ujar Ev H Simanjuntak. Lahir dulu, baru kita sebut Si Unsok atau Si Butet, kalau orang yang meninggal tadi dari Mate Mangkar menjadi Sari Matua, lalu ompu si apa kita sebut? Ompu Sipaimaon?”, katanya memprotes. Kalau hanya mengharapkan manjalo tangiang menjadi partangiangan, kenapa kita sungkan menerima apa yang diberikan Tuhan kepada kita, sambungnya. Soal boan sigagat duhut, menurut Simanjuntak, hal itu sudah melampaui ambang batas normal adat Batak. Seharusnya simarmiak-miak, karena kerbau adalah ternak yang paling tinggi dalam adat Batak, tegasnya.



Ulos tujung dan sampe tua


Ulos tujung, adalah ulos yang ditujungkan (ditaruh diatas kepala) kepada mereka yang menghabaluhon (suami atau isteri yang ditinggalkan almarhum). Jika yang meninggal adalah suami, maka penerima tujung adalah isteri yang diberikan hula-hulanya. Sebaliknya jika yang meninggal adalah isteri, penerima tujung adalah suami yang diberikan tulangnya.


Tujung diberikan kepada perempuan balu atau pria duda karena “mate mangkar” atau Sari Matua, sebagai simbol duka cita dan jenis ulos itu adalah sibolang.
Dahulu, tujung itu tetap dipakai kemana saja pergi selama hari berkabung yang biasanya seminggu dan sesudahnya baru dilaksanakan “ungkap tujung” (melepas ulos dari kepala). Tetapi sekarang hal itu sudah tidak ada lagi, sebab tujung tersebut langsung diungkap (dibuka) oleh tulang ataupun hula-hula sepulang dari kuburan (udean). Secara ratio, yang terakhir ini lebih tepat, sebab kedukaan itu akan lebih cepat sirna, dan suami atau isteri yang ditinggal almarhum dalam waktu relatif singkat sudah dapat kembali beraktifitas mencari nafkah. Jika tujung masih melekat di kepala, kemungkinan yang bersangkutan larut dalam duka (margudompong) yang eksesnya bisa negatif yakni semakin jauh dari Tuhan atau pesimis bahkan apatis.
Ulos Sampe Tua, adalah ulos yang diberikan kepada suami atau isteri almarhum yang sudah Saur Matua, tetapi tidak ditujungkan diatas kepala, melainkan diuloskan ke bahu oleh pihak hula-hula ataupun tulang. Jenis ulos dimaksud juga bernama Sibolang. Ulos Sampe Tua bermakna Sampe (sampailah) tua (ketuaan-berumur panjang dan diberkati Tuhan).


Akhir-akhir ini pada acara adat Sari Matua, sering terlihat ulos yang seharusnya adalah tujung, berobah menjadi ulos sampe tua. Alasannya cukup sederhana, karena suami atau isteri yang ditinggal sudah kurang pantas menerima tujung, karena faktor usia dan agar keluarga yang ditinggalkan beroleh tua.
Konsekwensi penerima ulos Sampe Tua adalah suami ataupun isteri tidak boleh kawin lagi. Seandainya pesan yang tersirat pada ulos Sampe Tua ini dilanggar, kawin lagi dan punya anak kecil lalu meninggal, ulos apa pula namanya. Tokoh adat Ev H Simanjuntak, BMT Pardede, Raja Partahi Sumurung Janter Aruan SH dan Constant Pardede berpendapat sebaiknya ulos yang diberikan adalah tujung, sebab kita tidak tahu apa yang terjadi kedepan. Toh tujung itu langsung dibuka sepulang dari kuburan, ujar mereka.




SAUR MATUA


Seseorang disebut Saur Matua, ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”. Tetapi sebagai umat beragama, hagabeon seperti diuraikan diatas, belum tentu dimiliki seseorang. Artinya seseorang juga berstatus saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki atau hanya perempuan, namun sudah semuanya hot ripe dan punya cucu.
Khusus tentang parjuhutna, Ev H Simanjuntak bersama rekannya senada mengatakan, yang cocok kepada ina adalah lombu sitio-tio atau kalau harus horbo, namanya diperhalus dengan sebutan “lombu sitio-tio marhuling-hulinghon horbo”. Sebab kelak jika bapak yang meninggal, “boan”-nya adalah horbo (sigagat duhut).
Diminta tanggapannya apakah keharusan boan dari mereka yang Saur Matua lombu sitio-tio atau sigagat duhut, tokoh adat ini menjelaskan, hal itu relatif tergantung kemampuan hasuhuton, bisa saja simarmiak-miak. Disinilah pemakaian umpasa “Pitu lombu jonggi, marhulang-hulanghon hotang, raja pinaraja-raja, matua hasuhuton do pandapotan”. Kalangan hula-hula, terutama dongan sahuta harus memaklumi kondisi dari hasuhuton agar benar-benar “tinallik landorung bontar gotana, sada sitaonon do na mardongan sahuta nang pe pulik-pulik margana”. Jangan terjadi seperti cerita di Toba, akibat termakan adat akhirnya mereka lari malam (bungkas) kata mereka.
Masih seputar Saur Matua khususnya kepada kaum bapak, predikat isteri tercinta, kawin lagi dan punya keturunan. Kelak jika bapak tersebut meninggal dunia, lalu anak yang ditinggalkan berstatus lajang, sesuai dengan defenisi yang dikemukakan diawal tulisan ini, sang bapak menjadi Sari Matua.



Mauli Bulung


Mauli Bulung, adalah seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namar-nini, sahat tu namar-nono dan kemungkinan ke “marondok-ondok” yang selama hayatnya, tak seorangpun dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi) (Seseorang yang beranak pinak, bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut).
Dapat diprediksi, umur yang Mauli Bulung sudah sangat panjang, barangkali 90 tahun keatas, ditinjau dari segi generasi. Mereka yang memperoleh predikat mauli bulung sekarang ini sangat langka.
Dalam tradisi adat Batak, mayat orang yang sudah Mauli Bulung di peti mayat dibaringkan lurus dengan kedua tangan sejajar dengan badan (tidak dilipat).

Kematian seseorang dengan status mauli bulung, menurut adat Batak adalah kebahagiaan tersendiri bagi keturunannya. Tidak ada lagi isak tangis. Mereka boleh bersyukur dan bersuka cita, berpesta tetapi bukan hura-hura, memukul godang ogung sabangunan, musik tiup, menari, sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Kasih lagi Penyayang.

Jenis Gondang Batak

Angka onma goar-goar ni gonsi naung huparguruhon sian angka dongan pargonsi dohot sian angka natua-tua naumboto ruhut ni gonsi

GONDANG NAPITU

1. Gondang mula-mula
2. Gondang somba-somba
3. Gondang sampur marmeme
4. Gondang didang-didang
5. Sampur marorot
6. Gondang simonang-monang
7. Gondang sitio-tio

Gondang napitu on dipangido hasuhuton ditingki mambuat tua ni gondang.
Mangihuthon hatorangan ni angka natua-tua ndang apala sipangidoon ni suhut gondang hasahatan, Raja panggohi do mangido i.

Gondang tu Mulajadi taringot tu panompa na dihasiangan dohot hajolmaon.

8. Gondang Debata Mulajadi
9. Gondang Debata Guru
10. Gondang Debata Asi-Asi
11. Gondang Mula Jadi
12. Gondang mula horas
13. Gondang mula iang
14. Gondang mula paningaon
15. Gondang mula songti

Gondang pangidoan ni harajaon hagabeon dohot parhorasan

16. Gondang siatur maranak
17. Gondang siatur marboru
18. Gondang siatur marpahompu
19. Gondang siatur marnini marnono
20. Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik
21. Gondang namarhaha maranggi
22. Gondang sibane-bane
23. Gondang saurmatua
24. Gondang saudara
25. Gondang harajaon
26. Gondang satahi saoloan
27. Gondang amana/boruna
28. Gondang parjugia sopipot
29. Gondang paramak sobalon on
30. Gondang parrambuan so ra mahiang
31. Gondang siantan sidabuan siboto buhu ni taon
32. Gondang siapul na tangis sielek na mardandi
33. Gondang sahala pangajari/panuturi
34. Gondang sidas-das boru muli
35. Gondang siapoi anak mangoli
36. Gondang olop-olop
37. Gondang rompulima hotang marulak
38. Gondang mangaliat
39. Gondang sunini ampang naopat
40. Gondang tarsingot tusahala dohot napinarsahalaan ni mula jadi
41. Gondang batara guru (tuhan debata)
42. Gondang bala bulan
43. Gondang debata sori
44. Gondang sori mangaraja
45. Gondang sorba di banua
46. Gondang sibagot ni pohan
47. Godnang sariburaja
48. Gondang siraja biak-biak
49. Gondang puraja bonang-bonang
50. Gondang sijonggi raja pareme
51. Gondang Simarimbulubosi
52. Gondang Singamangaraja
53. Gondang patuan nagari patuan anggi
54. Gondang Sagala raja
55. Gondang Silahisabungan
56. Gondang pagar ni aji
57. Gondang Nairasaon
58. Gondang dung dang soaloon mataniari sosuharon
59. Gondang Raja Buntal
60. Gondang Raja Uti
61. Gondang Raja Mangalambung
62. Gondang sipongki nangolngolan
63. Gondang tuan ni api
64. Gondang sijonggi paok-paok
65. Gondang sijonggi bujur
66. Gondang tuan jori ni tangan
67. Gondang tampar dasar
68. Gondang pangurason
69. Gondang pane nabolon
70. Gondang pusuk buhit
71. Gondang sianjur mula-mula
72. Gondang simanuk-manuk
73. Gondang dolok surungan
74. Gondang dolok tolong
75. Gondang banua holing
76. Gondang naga baling
77. Gondang padoha
78. Gondang taringot boru (naung dianggap dewi)
79. Gondang siboru deak parujar
80. Gondang si boru donda hatahutan
81. Gondang siboru saniang naga dilaut
82. Gondang si boru Naipospos
83. Gondang siboru daeng namora
84. Gondang siboru parmual sitio-tio
85. Gondang siboru pinta maomasan
86. Gondang siboru saroding
87. Gondang siboru parhorasan
88. Gondang siboru pareme
89. Gondang boru nasindar dolok
90. Gondang siboru tumbaga
91. Gondang siboru lopian nauli
92. Gondang sipiso somalim
93. Gondang situan jori ni tangan
94. Gondang siboru tapiomas palangki

Goar-goar ni gondang naposo bulung

95. Gondang siburuk
96. Gondang sibane doli
97. Gondang sitapitola
98. Gondang siboru illa-illa
99. Gondang siboru enggan
100. Gondang siboru sanggul miling-iling
101. Gondang sibunga jambu
102. Gondang pinasa sidung-dungon
103. Gondang sibintang purasa
104. Gondang silote dolok
105. Gondang alit-alit aman jabatan
106. Gondang marhusip
107. Gondang parhabang ni siruba
108. Gondang sahali tuginjang sahali tutoru
109. Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit somatombuk tano somagang-gang
110. Gondang pidong patia raja
111. Gondang pidong imbulu buntal
112. Gondang anduhur titi, anduhur tabu
113. Gondang sipitu dai
114. Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan.

Goar-goar ni gondang monsak

115. Gondang haro-haro mandailing
116. Gondang silima-lima ni hurlang
117. Gondang siratutuslimapulu
118. Gondang tongging
119. Gondang ni napuran silima sabobohan sisada haroburan

GORGA / Rumah Adat Batak

Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak. Gorga ada dekorasi atau hiasan yang dibuat dengan cara memahat kayu (papan) dan kemudian mencatnya dengan tiga (3) macam warna yaitu : merah-hitam-putih. Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit.

Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan kapal/ perahu di Danau Toba.

Bahan-bahan Cat (Pewarna)

Pada zaman dahulu Nenek orang Batak Toba menciptakan catnya sendiri secara alamiah misalnya :
Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran itu.
Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air, sehingga tampak seperti cat tembok pada masa kini.
Cat Warna Hitam diperbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk atau belanga dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat tembok hitam pada zaman sekarang.

Jenis/ Macamnya Gorga Batak

Menurut cara pengerjaannya ada 2 jenis :

1. Gorga Uhir yaitu Gorga yang dipahatkan dengan memakai alat pahat dan setelah siap dipahat baru diwarnai
2. Gorga Dais yaitu Gorga yang dilukiskan dengan cat warna tiga bolit. Gorga dais ini merupakan pelengkap pada rumah adat Batak Toba. Yang terdapat pada bahagian samping rumah, dan dibahagian dalam.

Menurut bentuknya
Dilihat dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya tersendiri, antara lain ;

• Gorga Ipon-Ipon, Terdapat dibahagian tepi dari Gorga; ipon-ipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

• Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.

• Gorga Simataniari (Matahari), Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.

• Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin), Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.

• Gorga Si Marogung-ogung (Gong), Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

• Gorga Singa Singa, Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak

• Gorga Jorgom, Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.

• Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Tetek), Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.

• Gorga Ulu Paung, Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.

Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian muka dari rumah Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si pemilik rumah. Ada juga gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau. Gambar Manuk-Manuk (burung) dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Apakah Jaha Jaha Gorga Itu ?

Orang sering bertanya dan mempersoalkan tentang manjaha (membaca) Gorga Batak yang sering membingungkan banyak orang. Membaca Gorga Batak tidak seperti membaca huruf-huruf Latin atau huruf Arab atau huruf Batak, huruf Kawi dan yang lainnya. Membaca Gorga Batak yakni mengartikan gambar-gambar dan warna yang terdapat di Rumah Gorga itu serta menghubungkannya kepada Sejarah dari pada si pemilik rumah tersebut.

Sebagai contoh : Disebuah rumah Gorga Batak terdapat gambar Ogung (gong), sedangkan pemilik rumah atau nenek serta Bapaknya belum pernah mengadakan pesta dengan memukul Ogung/Gendang, maka Gorga rumahnya tidak sesuai dengan keadaan pribadi pemilik rumah, maka orang yang membaca Gorga rumah itu mengatakan Gorga rumah tersebut tidak cocok.

Contoh lain : Si A orang yang baru berkembang ekonominya disuatu kampung, dan membangun satu rumah Gorga Batak. Si A adalah anak tunggal dan Bapaknya juga anak tunggal. Akan tetapi cat rumah Gorga itu banyak yang berwarna merah dan keras, dan lagi pula singa-singanya (Mata Ulu Paungnya) membelalak dan menantang, maka Gorga rumahnya itu tidak cocok karena si A tersebut orang yang ekonominya baru tumbuh (namamora mamungka). Maka orang yang membaca Gorga rumahnya menyebutkan untuk si A. Sebaiknya si A lebih banyak memakai warna si Lintom (Hitam) dan Ulu Paungnya agak senyum, Ulu Paung terdapat dipuncak rumah.

RUMA (RUMAH)

Jadi sudah kita ketahui bahwa gorga (ukiran) Batak itu membuat Rumah Batak itu sangat indah anggun dan sangat senang perasaan melihatnya, baik orang Barat/Eropah sangat senang perasaannya melihat bentuk rumah Batak itu serta hiasan hiasannya.
Bagaimanakah bahagian dalamnya? Apakah seindah dan seanggun yang kita lihat dari luarnya? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita lihat dahulu dari berbagai sudut pandang. Rumah Batak itu tidak memiliki kamar (pada zaman dahulu), jadi jelas perasaan kurang enak kalau di bandingkan pada zaman sekarang.

JABU NAMAR AMPANG NA MARJUAL

Para nenek moyang orang Batak (Bangso Batak) menyebut Rumah Batak yaitu “jabu na marampang na marjual”. Ampang dan Jual adalah tempat mengukur padi atau biji bijian seperti beras/kacang dll. Jadi Ampang dan Jual adalah alat pengukur, makanya Rumah Gorga, Rumah Adat itu ada ukurannya, memiliki hukum hukum, aturan aturan, kriteria kriteria serta batas batas.

Biarpun Rumah Batak itu tidak memiliki kamar/dinding pembatas tetapi ada wilayah (derah) yang di atur oleh hukum hukum. Ruangan Ruma Batak itu biasanya di bagi atas 4 wilayah (bahagian) yaitu:

1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari pintu masuk rumah, daerah ini biasa di temapti oleh keluarga tuan rumah.
2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah. Bahagian ini di tempati oleh anak anak yang belum akil balik (gadis)
3. Jabu Suhat, ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu masuk. Daerah ini di tempati oleh anak tertua yang sudah berkeluarga, karena zaman dahulu belum ada rumah yang di ongkos (kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki rumah menempati jabu SUHAT.
4. Jabu Tampar Piring, ialah daerah sudut kanan di bahagian depan dekat dengan pintu masuk. Daerah ini biasa disiapkan untuk para tamu, juga daerah ini sering di sebut jabu tampar piring atau jabu soding jolo-jolo.

Disamping tempat keempat sudut utaman tadi masih ada daerah antara Jabu Bona dan Jabu Tampar Piring, inilah yang dinamai Jabu Tongatonga Ni Jabu Bona. Dan wilayah antara Jabu Soding dan Jabu Suhat disebut Jabu Tongatonga Ni Jabu Soding.

Itulah sebabnya ruangan Ruma Batak itu boleh dibagi 4 (empat) atau 6 (enam), makanya ketika orang batak mengadakan pertemuan (rapat) atau RIA di dalam rumah sering mengatakan sampai pada saat ini; Marpungu hita di jabunta na mar Ampang na Marjual on, jabu na marsangap na martua on. Dan seterusnya……

BAGAS RIPE RIPE

Dihatiha nasalpui (zaman dahulu) terkadang suku bangsa Batak i mendirikan rumah secara kongsi atau rumah bersama antara abang dan adik dan rumah itu di sebut BAGAS RIPE RIPE.

Sebelum mendirikannya mereka terlebih dahulu bermusyawarah dan menentukan dan memutuskan; siapa yang menempati jabu BONA, siapa yang menempati jabu Soding jabu SUHAT dan jabu Tamparpiring. Tentunya rumah seperti ini sudah agak lebih besar, dan sifat seperti ini adalah sisa sisa sifat masyarakat kommunal. Namun biarpun adanya nampak sifat sifat kommunal pada keluarga seperti ini, mereka seisi rumah saling menghormati terutama terhadap wanita.

Tidak pernah ada perkosaan ataupun perselingkuhan seperti marak maraknya di zaman yang serba materialis ini. Para nenek Suku Batak pada hatiha (ketika) itu menghormati istri kawannya yang kebetulan suaminya berada di luar rumah.

Disinilah keindahan bahagian dalam rumah Batak itu terutama di bidang moral. Mereka menghormati hak hak orang lain dan menghormati ukuran ukuran (Ampang/Jual) hukum hukum wilayah didalam rumah yang tidak memiliki bilik (kamar) mereka sangat mengakui bahwa rumah itu memang jabu namar Ampang Marjual.

Rumah (Ruma) yang didalam bahasa asing disebut HOUSE mempunyai banyak cara untuk menyebutnya sesuai dengan fungsinya. Bilamana Ruma itu tempat penyimpanan padi maka para nenek nenek Suku Batak menyebutnya Sopo PARPEOPAN EME. Bilamana Ruma (Sopo) itu berfungsi sebagai tempat pemujaan DEWATA MULA JADI NA BOLON I (TUHAN ALLAH), maka tempat itu dinamakan Joro. Dan sampai sekarangpun masih banyak orang Batak menyebut Gereja itu dengan sebutan Bagas Joro ni DEBATA. Bagas Joro yang lama bentuknya persis seperti Ruma Batak dan sisa-sisanya masih ada pernah penulis lihat di daerah Humbang dan mereka beribadah pada hari Sabtu.

Ada juga Ruma itu khusus tempat musyawarah para keluarga dan para kerabat kerabat tempat membicarakan hal hal yang penting. Tempat tersebut di namakan Tari SOPO dan biasanya tari sopo tidak mempunyai dinding contohnya dapat kita lihat di Lumban Bulbul Kecamatan Balige yang pemiliknya bernama S.B Marpaung (Op. Miduk), atau di beberapa tempat masih ada lagi sisa sisa tari sopo yang dapat kita lihat.

Kenapa disebut BAGANDING TUA?

Kata kata yang lain untuk menyebut rumah itu ada juga mengatakan; SIBAGANDING TUA, menurut sunber yang layak di percayai BAGANDING TUA itu adalah sebuah mahluk yang juga ciptaan Allah, wujudnya seperti seekor ular yang panjangnya paling paling 2 jengkal jari tangan. Bagi orang yang bernasib mujur bisa saja BAGANDING TUA datang rumahnya dan pasti membawa rejeki yang melimpah ruah. Pokoknya bila Ruma itu memiliki BAGANDING TUA pemiliki Ruma itu akan kedatangan rejeki dari berbagai penjuru.
Demikianlah Suku Batak itu sering memakai kata kata penghalus dan sastra untuk menunjukkan ruma sebagai tempat tinggal manusia dengan menyebut JABU SI BAGANDING TUA.

Dari catatan yang dihimpun, Istilah Baganding tua juga diartikan sebagai peristilahan kepada perempuan (istri) pemilik rumah, dan untuk laki-laki (suami) diistilahkan Simanguliman. Bila dalam petuah upacara khusus mengartikan rumah sebagai “bagas Sibaganding tua Simanguliman on”, artinya suami dan istri masih lengkap.
Perempuan (isteri) juga diartikan “pangalapan tua”, sumber berkat, sementara rumah diartikan sama dengan perhimpunan berkat harta dan keturunan serta kehormatan.
“Namarampang Namarjual” diartikan bagi sebuah rumah yang memiliki kehidupan, memiliki harta, aturan dan penegakan hukum dalam keluarga serta masyarakat.
Kehilangan seorang isteri merupakan kehilangan kehormatan bagi sebuah keluarga dan rumah itu sendiri, sehingga penempatan istilah Sibagandingtua dan Namarampang Namarjual otomatis tidak lagi diucapkan sampai seorang perempuan (isteri) atau menantu dari salah seorang anak lelaki ada menempati rumah itu.
Menurut cerita rakyat, bila seorang isteri bijaksana yang menghidupi keluarga itu meninggal dunia, maka “boraspati” (cecak) akan meninggalkan rumah itu. Boraspati adalah lambang kesuburan dan selalu dibuat hiasan rumah adat batak. Kebenarannya belum pernah diteliti.

BALE BALE:

Berbagai macam penyebutan untuk menunjukkan Ruma (tempat tinggal manusia) di dalam bahasa Batak, kata BALE juga sering di sebut sebut, tetapi BALE kurang biasa di pakai sebagai hunian tempat berkeluarga (HOUSE dalam Bahasa Inggris). Bale artinya Balai tempat bertemu antara penjual dan pembeli. Contoh Balairung Balige yang modelnya seperti RUMA GORGA BATAK, akan tetapi fungsinya adalah sebagai tempat berjual beli kebutuhan sehari-hari.

Akan tetapi biarpun BALEBALE tidak biasa seperti hunian tempat berkeluarga dan anak beranak Orang Batak sekarang sering juga menyebutkannya sebagai rumah biasa (House). Buktinya; mereka berkata “PAJONG JONG BALE BALE do anakta nuaeng di Medan”, artinya: Anak kita sedang membangun rumah di Medan. Padahal rumah yang dibangun anaknya di Medan adalah rumah gedong. Disan do “Bale balenta”, (Disanalah rumah kita) “Nungnga adong Balebale ni lae i di Jakarta” (sudah ada rumah ipar kita itu di Jakarta.

Tangga gogop (genap)

Tadi kita sudah mengetahui bahwa Ruma Batak itu menurut tangga dan pintunya dibagi menjadi 2 (dua) bahagian yaitu Ruma Batak si Tolumbea dan Ruma Batak Di Baba ni Amporik. Namun kalau jumlah anak tangganya selalu ganjil apakah itu beranak tangga 9 atau 11 atau 7 pokoknya jumlahnya selalu ganjil. Bagi masyarakat Batak Toba jumlah anak tangga yang genap (gogop) adalah pantang, sebab jumlah anak tangga rumah adalah menunjukkan bahwa pemilik rumah adalah keturunan budak (Hatoban).

Hal seperti ini tidak terdapat bagi Ruma Batak sebab tidak mungkin seorang budak dapat mendirikan Rumah Batak, atau sebagai pemilik Ruma Batak. Kalaupun ada Rumah beranak tangga yang genap (gogop) itu mungkin pada rumah jenis lain. Karena di tanah Batak pada jaman dahulu dan jaman sekarang ada juga kita dapati rumah EMPER bahkan jumlahnya jauh melebihi dari Ruma Batak.

Menurut cerita yang didapat dari hasil bincang bincang antara penulis dengan orang yang layak dipercayai bahwa pada zaman dahulu ada terdapat budak di Samosir. Dan kalau budak itu mau makan terlebih dahulu bersuara ngeong (mar ngeong) seperti suara kucing barulah tuannya meletakkan nasi di lantai rumah.
Dan kalau budak sudah merdeka di buatlah rumah pondoknya dengan tanda jumlah anak tangga rumahnya genap seperti 2 atau 4.

Pada zaman zaman permulaan Kemerdekaan Indonesia penulis masih sempat mendengar bahwa anak pemilik rumah yang bertangga genap sangat sulit mendapat jodoh yang cantik. Jadi secara jelasnya bahwa Rumah Batak itu tidak ada yang beranak tangga yang gogop.

DATU :

Di dalam masyarakat Batak yang lama, Datu adalah sangat berperan baik dalam rangka penyediaan bahan bahan bagunan dari hutan seperti kayu, ijuk (bahan untuk atap rumah), rotan, batu pondasi dll. Sebab bukan tidak mungkin bahan bahan bagunan itu adalah milik dari mahluk mahluk halus di hutan. Misalnya batu itu adalah sebagai tempat duduk duduknya (santai santai) mahluk halus di hutan dan terambil oleh manusia ubtuk bahan pondasi Ruma ini akan membawa malapetaka bagi penghuni Ruma. Begitu juga kayu itu, ada juga miliknya penguasa penguasa hutan yang tak boleh digunakan manusia, begitu juga rotan sebagai bahan pengikat ada juga miliknya penguasa Hutan (Begu).

Datu itu memiliki pengetahuan metafisik yang dapat melihat, mendengar dan mencium yang tak dapat dilihat dan didengar oleh manusia biasa. Untuk memulai pembangunan ruma dan memasuki ruma, datu harus membuka buku Porhalaan/ sejenis buku pedoman orang Batak.

Di dalam buku Porhalaan ada ditunjukkan waktu kapan begu berdiam diri, kapan bersantai, kapan mengganggu, makanya harus ada masyarakat Batak pada zaman dahulu percaya akan Sumangot dan begu, yaitu roh nenek moyang yang selalu hidup disebut tondi orang yang sedang bermimpi dianggap rohnya sedang bepergian dan mengembara. Apa yang dialaminya dalam pengembaraan itulah mimpinya.

Roh berpusat dalam kepala (simanjujung). Kepala orang Batak tidak boleh dilangkahi, bisa-bisa rohnya merasa malu, terkejut atau melompat. Itulah sebabnya orang Batak pada acara-acara tertentu meletakkan beras sedikit di atas kepala (manjomput boras si pir ni tondi) misalnya kalau kebakaran rumah, kedatangan menantu, anak yang sudah lama merantau dan pulang ke rumah.

Orang Batak selalu suka menyebutkan perkataan Horas. Perkataan itu sama dengan keras atau kokoh; kekar, di dalam Bahasa Indonesia orang berjumpa satu sama lain mengucapkan Horas, para pemimpin (Presiden-Menteri-Gubernur dll) yang datang berkunjung ke daerah Toba selalu disambut dengan suara gemuruh Horas…horas, ada pula ucapan Horas Bangso Batak maksudnya supaya roh orang itu keras, kuat, kokoh. Karena orang Batak itu selalu mengutamakan Pir ni Tondi (kerasnya roh).

Orang Batak yang pintar dan dituakan di masyarakat juga digolongkan Datu Perkataan Datu berasal dari kata Da+Tu. Perkataan Da sering digunakan untuk menghormati seseorang misalnya Da inang (ibu), Da tulang, Da ompung (nenek).

Datu, diyakini selalu mengatakan yang benar, mensyaratkan kebenaran yang tidak diketahui kebanyakan orang. Mengatakan yang benar “tutu”, dikuatkan dengan pernyataan “nda-tutu” atau “da-tutu”. Sama halnya pernyataan serang ibu “da-inang”.
Istilah dan pemahaman arti Datu mulai bergeser saat terjadinya pembohongan dan kekebasan mengaktualisasikan diri dalam masyarakat. Kesalahan yang pernah terjadi dilakukan seorang datu akhirnya berdampak kepada merosotnya penilaian tentang Datu.
Datu, saat ini cenderung diartikan hanya sekedar ahli pengobatan dan nujum, perdukunan diartikan pula perilaku perbuatan jelek kepada orang lain seperti santet dan lain sebagainya.

BAHAGIAN-BAHAGIAN RUMA BATAK

Menurut tingkatannya Ruma Batak itu dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian Bawah (Tombara) yang terdiri dari batu pondasi atau ojahan tiang-tiang pendek, pasak (rancang) yang menusuk tiang, tangga (balatuk)
2. Bagian Tengah (Tonga) yang terdiri dari dinding depan, dinding samping, dan belakang
3. Bagian Atas (Ginjang) yang terdiri dari atap (tarup) di bawah atap urur diatas urur membentang lais, ruma yang lama atapnya adalah ijuk (serat dari pohon enau).

Bagian bawah berfungsi sebagai tempat ternak seperti kerbau, lembu dll. Bagian tengah adalah ruangan tempat hunian manusia. Bagian atas adalah tempat-tempat penyimpanan benda-benda keramat (ugasan homitan).

Menurut seorang peneliti dan penulis Gorga Batak (Ruma Batak) tahun 1920 berkebangsaan Belanda bernama D.W.N. De Boer, di dalam bukunya Het Toba Batak Huis, ketiga benua itu adalah :
1. Dunia atau banua toru (bawah)
2. Dunia atau banua tonga (tengah)
3. Dunia atau banua ginjang (atas)

Selanjutnya orang Batak Toba yang lama telah berkeyakinan bahwa ketiga dunia (banua) itu diciptakan oleh Maha Dewa yang disebut dengan perkataan Mula Jadi Na Bolon. Seiring dengan pembagian alam semesta (jagad raya) tadi yang terdiri dari 3 bagian, maka orang Batak Toba pun membagi/ merencanakan ruma tradisi mereka menjadi 3 bagian.

Rumah tradisi mempunyai tiga tingkat sesuai dengan tingkat kosmos, demikian tulisan Achim Sibeth seorang the Batak peoples of atap (tarup). Atap rumah tradisi itu adalah ijuk (serat batang pohon enau) yang disusun dengan tebal  20 cm rapi dan berseni. Di bawah ijuk ada lais-lais kecil yang banyak, bahannya diambil dari pohon enau juga dinamai hodong. Di atas ijuk tersebut ditaruh dengan lidi tarugit itu bukan asal diletakkan semuanya, disusun dengan seni Batak tertentu sehingga bagian atas ruma Batak itu nampak gagah, anggun, dan berseni.

Tentang tarugit

Tarugit adalah suatu benda untuk menciptakan suatu ungkapan yang dapat menjadi suatu pedoman hidup orang Batak Toba. Para orang-orang Batak sering berkata Ni arit tarugit Pora-pora, molo tinean uli teanon do dohot gora, atau dengan kata lain unang hita ripe sitean uli so dohot tumean gora.

Sebagai inti sari dari ungkapan ini adalah uli dan gora, namun uli dan gora adalah 2 kata yang sangat berlawanan tetapi sangat berguna untuk pedoman hidup orang Batak Toba. Uli adalah menggambarkan keberuntungan (laba), kehormatan, kejayaan, keharuman nama. Gora adalah menggambarkan pengeluaran tenaga, modal, pengorbanan waktu dan berbagai perjuangan. Sebagai contoh : Untuk menjadi orang success terkenal/ beruntung atau sebagai orang pintar kita harus mengeluarkan modal yang besar, waktu dan tenaga yang berlebih dan berbagai promosi sebagai goranya.

Untuk menjadi seorang pintar dan sarjana atau jenderal, seseorang harus kuat bekerja dan berjuang serta memakan gizi baik. Dalam pesan para nenek (ompung ta na parjolo) janganlah menjadi manusia ripe. Manusia si ripe artinya orang yang hanya memikirkan dan memperoleh keuntungan tanpa melalui pengorbanan dan perjuangan. Makanya di zaman yang serba canggih ini banyak kita jumpai manusia-manusia yang tidak beres karena manusia itu telah meninggalkan poda ni ompu itu;
Ni arit tarugit pora-pora unang hita ripe sitean uli so dohot tumea gora.




Nilai Filosofi


Rumah adat bagi orang Batak didirikan bukan hanya sekedar tempat bemaung dan berteduh dari hujan dan panas terik matahari semata tetapi sebenanya sarat dengan nilai filosofi yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman hidup.

Beragam pengertian dan nilai luhur yang melekat dan dikandung dalam rumah adat tradisionil yang mestinya dapat dimaknai dan dipegang sebagai pandangan hidup dalam tatanan kehidupan sehari-hari, dalam rangka pergaulan antar individu.

Dalam kesempatan ini akan dipaparkan nilai flosofi yang terkandung didalamnya sebagai bentuk cagar budaya, yang diharapkan dapat menjadi sarana pelestarian budaya, agar kelak dapat diwariskan kepada generasi penerus untuk selalu rindu dan cinta terhadap budayanya.

Proses Mendirikan Rumah.

Sebelum mendirikan rumah lebih dulu dikumpulkan bahan-bahan bangunan yang diperlukan, dalam bahasa Batak Toba dikatakan “mangarade”. Bahan-bahan yang diinginkan antara lain tiang, tustus (pasak), pandingdingan, parhongkom, urur, ninggor, ture-ture, sijongjongi, sitindangi, songsong boltok dan ijuk sebagai bahan atap. Juga bahan untuk singa-singa, ulu paung dan sebagainya yang diperlukan.

Dalam melengkapi kebutuhan akan bahan bangunan tersebut selalu dilaksanakan dengan gotong royong yang dalam bahasa Batak toba dikenal sebagai “marsirumpa” suatu bentuk gotong royong tanpa pamrih.

Sesudah bahan bangunan tersebut telah lengkap maka teknis pengerjaannya diserahkan kepada “pande” (ahli di bidang tertentu, untuk membuat rumah disebut tukang) untuk merancang dan mewujudkan pembangunan rumah dimaksud sesuai pesanan dan keinginan si pemilik rumah apakah bentuk “Ruma” atau “Sopo”.

Biasanya tahapan yang dilaksanakan oleh pande adalah untuk seleksi bahan bangunan dengan kriteria yang digunakan didasarkan pada nyaring suara kayu yang diketok oleh pande dengan alat tertentu. Hai itu disebut “mamingning”.

Kayu yang suaranya paling nyaring dipergunakan sebagai tiang “Jabu bona”. Dan kayu dengan suara nyaring kedua untuk tiang “jabu soding” yang seterusnya secara berturut dipergunakan untuk tiang “jabu suhat” dan “si tampar piring”.

Tahapan selanjutnya yang dilakukan pande adalah “marsitiktik”. Yang pertama dituhil (dipahat) adalah tiang jabu bona sesuai falsafah yang mengatakan “Tais pe banjar ganjang mandapot di raja huta. Bolon pe ruma gorga mandapot di jabu bona”.

Salah satu hal penting yang mendapat perhatian dalam membangun rumah adalah penentuan pondasi. Ada pemahaman bahwa tanpa letak pondasi yang kuat maka rumah tidak bakalan kokoh berdiri. Pengertian ini terangkum dalam falsafah yang mengatakan “hot di ojahanna” dan hal ini berhubungan dengan pengertian Batak yang berprinsip bahwa di mana tanah di pijak disitu langit jungjung.

Pondasi dibuat dalam formasi empat segi yang dibantu beberapa tiang penopang yang lain. Untuk keperluan dinding rumah komponen pembentuk terdiri dari “pandingdingan” yang bobotnya cukup berat sehingga ada falsafah yang mengatakan “Ndang tartea sahalak sada pandingdingan” sebagai isyarat perlu dijalin kerja sama dan kebersamaan dalam memikui beban berat.

Pandingdingan dipersatukan dengan “parhongkom” dengan menggunakan “hansing-hansing” sebagai alat pemersatu. Dalam hal ini ada ungkapan yang mengatakan “Hot di batuna jala ransang di ransang-ransangna” dan “hansing di hansing-hansingna”, yang berpengertian bahwa dasar dan landasan telah dibuat dan kiranya komponen lainnya juga dapat berdiri dengan kokoh. Ini dimaknai untuk menunjukkan eksistensi rumah tersebut, dan dalam kehidupan sehari-hari. Dimaknai juga bahwa setiap penghuni rumah harus selalu rangkul merangkul dan mempunyai pergaulan yang harmonis dengan tetangga.

Untuk mendukung rangka bagian atas yang disebut “bungkulan” ditopang oleh “tiang ninggor”. Agar ninggor dapat terus berdiri tegak, ditopang oleh “sitindangi”, dan penopang yang letaknya berada di depan tiang ninggor dinamai “sijongjongi”. Bagi orang Batak, tiang ninggor selalu diposisikan sebagai simbol kejujuran, karena tiang tersebut posisinya tegak lurus menjulang ke atas. Dan dalam menegakkan kejujuran tersebut termasuk dalam menegakkan kebenaran dan keadilan selalu ditopang dan dibantu oleh sitindangi dan sijongjongi.

Dibawah atap bagian depan ada yang disebut “arop-arop”. Ini merupakan simbol dari adanya pengharapan bahwa kelak dapat menikmati penghidupan yang layak, dan pengharapan agar selalu diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam kepercayaan orang Batak sebelum mengenal agama disebut Mula Jadi Na Bolon sebagai Maha Pencipta dan Khalik langit dan bumi yang dalam bahasa Batak disebut “Si tompa hasiangan jala Sigomgom parluhutan”.

Di sebelah depan bagian atas yang merupakan komponen untuk merajut dan menahan atap supaya tetap kokoh ada “songsong boltok”. Maknanya, seandainya ada tindakan dan pelayanan yang kurang berkenan di hati termasuk dalam hal sajian makanan kepada tamu harus dipendam dalam hati. Seperti kata pepatah Melayu yang mengatakan “Kalau ada jarum yang patah jangan di simpan dalam peti kalau ada kata yang salah jangan disimpan dalam hati�.

“Ombis-ombis” terletak disebalah kanan dan kiri yang membentang dari belakang ke depan. Kemungkinan dalam rumah modern sekarang disebut dengan list plank. Berfungsi sebagai pemersatu kekuatan bagi “urur” yang menahan atap yang terbuat dari ijuk sehingga tetap dalam keadaan utuh. Dalam pengertian orang Batak ombis-ombis ini dapat menyimbolkan bahwa dalam kehidupan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari keterbatasan kemampuan, karena itu perlu untuk mendapat nasehat dan saran dari sesama manusia. Sosok individu yang berkarakter seperti itu disebut “Pangombisi do ibana di angka ulaon ni dongan” yaitu orang yang selalu peduli terhadap apa yang terjadi bagi sesama baik di kala duka maupun dalam sukacita.

Pemanfaatan Ruangan

Pada bagian dalam rumah (interior) dibangun lantai yang dalam pangertian Batak disebut “papan”. Agar lantai tersebut kokoh dan tidak goyang maka dibuat galang lantai (halang papan) yang disebut dengan “gulang-gulang”. Dapat juga berfungsi untuk memperkokoh bangunan rumah sehingga ada ungkapan yang mengatakan “Hot do jabu i hot margulang-gulang, boru ni ise pe dialap bere i hot do i boru ni tulang.”

Untuk menjaga kebersihan rumah, di bagian tengah agak ke belakang dekat tungku tempat bertanak ada dibuat lobang yang disebut dengan “talaga”. Semua yang kotor seperti debu, pasir karena lantai disapu keluar melalui lobang tersebut. Karena itu ada falsafah yang mengatakan “Talaga panduduran, lubang-lubang panompasan” yang dapat mengartikan bahwa segala perbuatan kawan yang tercela atau perbuatan yang dapat membuat orang tersinggung harus dapat dilupakan.

Di sebelah depan dibangun ruangan kecil berbentuk panggung (mirip balkon) dan ruangan tersebut dinamai sebagai “songkor”. Di kala ada pesta bagi yang empunya rumah ruangan tersebut digunakan sebagai tempat “pargonsi” (penabuh gendang Batak) dan ada juga kalanya dapat digunakan sebagai tempat alat-alat pertanian seperti bajak dan cangkul setelah selesai bertanam padi.

Setara dengan songkor di sebelah belakang rumah dibangun juga ruangan berbentuk panggung yang disebut “pangabang”, dipergunakan untuk tempat menyimpan padi, biasanya dimasukkan dalam “bahul-bahul”. Bila ukuran tempat padi itu lebih besar disebut dengan “ompon”. Hal itu penyebab maka penghuni rumah yang tingkat kehidupannya sejahtera dijuluki sebagai “Parbahul-bahul na bolon”. Dan ada juga falsafah yang mengatakan “Pir ma pongki bahul-bahul pansalongan. Pir ma tondi luju-luju ma pangomoan”, sebagai permohonan dan keinginan agar murah rejeki dan mata pencaharian menjadi lancar.

Melintang di bagian tengah dibangun “para-para” sebagai tempat ijuk yang kegunaannya untuk menyisip atap rumah jika bocor. Dibawah para�para dibuat “parlabian” digunakan tempat rotan dan alat-alat pertukangan seperti hortuk, baliung dan baji-baji dan lain sebagainya. Karena itu ada fatsafah yang mengatakan “Ijuk di para-para, hotang di parlabian, na bisuk bangkit gabe raja ndang adong be na oto tu pargadisan” yang artinya kira-kira jika manusia yang bijak bestari diangkat menjadi raja maka orang bodoh dan kaum lemah dapat terlindungi karena sudah mendapat perlakuan yang adil dan selalu diayomi.

Untuk masuk ke dalam rumah dilengkapi dengan “tangga” yang berada di sebelah depan rumah dan menempel pada parhongkom. Untuk rumah sopo dan tangga untuk “Ruma” dulu kala berada di “tampunak”. Karena itu ada falsafah yang berbunyi bahwa “Tampunak ni sibaganding, di dolok ni pangiringan. Horas ma na marhaha-maranggi jala tangkas ma sipairing-iringan”.

Ada kalanya keadaan tangga dapat menjadi kebanggaan bagi orang Batak. Bila tangga yang cepat aus menandakan bahwa tangga tersebut sering dilintasi orang. Pengertian bahwa yang punya rumah adalah orang yang senang menerima tamu dan sering dikunjungi orang karena orang tersebut ramah. Tangga tersebut dinamai dengan “Tangga rege-rege”.

Gorga

Disebelah depan rumah dihiasi dengan oramen dalam bentuk ukiran yang disebut dengan “gorga” dan terdiri dari beberapa jenis yaitu gorga sampur borna, gorga sipalang dan gorga sidomdom di robean.

Gorga itu dihiasi (dicat) dengan tlga warna yaitu wama merah (narara), putih (nabontar) dan hitam (nabirong). Warna merah melambangkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang berbuah kebijaksanaan. Warna putih melambangkan ketulusan dan kejujuran yang berbuah kesucian. Wama hitam melambangkan kerajaan dan kewibawaan yang berbuah kepemimpinan.

Sebelum orang Batak mengenal cat seperti sekarang, untuk mewarnai gorga mereka memakai “batu hula” untuk warna merah, untuk warna putih digunakan “tano buro” (sejenis tanah liat tapi berwana putih), dan untuk warna hitam didapat dengan mengambil minyak buah jarak yang dibakar sampai gosong. Sedangkan untuk perekatnya digunakan air taji dari jenis beras yang bernama Beras Siputo.

Disamping gorga, rumah Batak juga dilengkapi dengan ukiran lain yang dikenal sebagai “singa-singa”, suatu lambang yang mengartikan bahwa penghuni rumah harus sanggup mandiri dan menunjukkan identitasnya sebagai rnanusia berbudaya. Singa-singa berasal dari gambaran “sihapor” (belalang) yang diukir menjadi bentuk patung dan ditempatkan di sebelah depan rumah tersebut. Belalang tersebut ada dua jenis yaitu sihapor lunjung untuk singa-singa Ruma dan sihapor gurdong untuk rumah Sopo.

Hal ini dikukuhkan dalam bentuk filsafat yang mengatakan “Metmet pe sihapor lunjung di jujung do uluna” yang artinya bahwa meskipun kondisi dan status sosial pemilik rumah tidak terlalu beruntung namun harus selalu tegar dan mampu untuk menjaga integritas dan citra nama baiknya.

Perabot Penting

Berbagai bentuk dan perabotan yang bernilai bagi orang Batak antara lain adalah “ampang” yang berguna sebagai alat takaran (pengukur) untuk padi dan beras. Karena itu ada falsafah yang mengatakan “Ampang di jolo-jolo, panguhatan di pudi-pudi. Adat na hot pinungka ni na parjolo, ihuthononton sian pudi”. Pengertian yang dikandungnya adalah bahwa apa bentuk adat yang telah lazim dilaksanakan oleh para leluhur hendaknya dapat dilestarikan oleh generasi penerus. Perlu ditambahkan bahwa “panguhatan” adalah sebagai tempat air untuk keperluan memasak.

Di sebelah bagian atas kiri dan kanan yang letaknya berada di atas pandingdingan dibuat “pangumbari” yang gunanya sebagai tempat meletakkan barang-barang yang diperlukan sehari-hari seperti kain, tikar dan lain-lain. Falsafah hidup yang disuarakannya adalah “Ni buat silinjuang ampe tu pangumbari. Jagar do simanjujung molo ni ampehon tali-tali”.

Untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan mempunyai harga yang mahal biasanya disimpan dalam “hombung”, seperti sere (emas), perak, ringgit (mata uang sebagai alat penukar), ogung, dan ragam ulos seperti ragi hotang, ragi idup, ragi pangko, ragi harangan, ragi huting, marmjam sisi, runjat, pinunsaan, jugia so pipot dan beraneka ragam jenis tati-tali seperti tutur-tutur, padang ursa, tumtuman dan piso halasan, tombuk lada, tutu pege dan lain sebagainya.

Karena orang Batak mempunyai karakter yang mengagungkan keterbukaan maka di kala penghuni rumah meninggal dunia dalam usia lanjut dan telah mempunyai cucu maka ada acara yang bersifat kekeluargaan untuk memeriksa isi hombung. Ini disebut dengan “ungkap hombung” yang disaksikan oleh pihak hula-hula.

Untuk keluarga dengan tingkat ekonomi sederhana, ada tempat menyimpan barang-barang yang disebut dengan “rumbi” yang fungsinya hampir sama dengan hombung hanya saja ukurannya lebih kecil dan tidak semewah hombung.

Sebagai tungku memasak biasanya terdiri dari beberapa buah batu yang disebut “dalihan”. Biasanya ini terdiri dari 5 (lima) buah sehingga tungku tempat memasak menjadi dua, sehingga dapat menanak nasi dan lauk pauk sekaligus.

Banyak julukan yang ditujukan kepada orang yang empunya rumah tentang kesudiannya untuk menerima tamu dengan hati yang senang yaitu “paramak so balunon” yang berarti bahwa “amak” (tikar) yang berfungsi sebagai tempat duduk bagi tamu terhormat jarang digulung, karena baru saja tikar tersebut digunakan sudah datang tamu yang lain lagi.

“Partataring so ra mintop” menandakan bahwa tungku tempat menanak nasi selalu mempunyai bara api tidak pernah padam. Menandakan bahwa yang empunya rumah selalu gesit dan siap sedia dalam menyuguhkan sajian yang perlu untuk tamu.

“Parsangkalan so mahiang” menandakan bahwa orang Batak akan berupaya semaksimal mungkin untuk memikirkan dan memberikan hidangan yang bernilai dan cukup enak yang biasanya dari daging ternak.

Untuk itu semua maka orang Batak selalu menginginkan penghasilan mencukupi untuk dapat hidup sejahtera dan kiranya murah rejeki, mempunyai mata pencaharian yang memadai, sehingga disebut “Parrambuan so ra marsik”.

Tikar yang disebut “amak” adalah benda yang penting bagi orang Batak. Berfungsi untuk alas tidur dan sebagai penghangat badan yang dinamai bulusan. Oleh karena itu ada falsafah yang mengatakan “Amak do bulusan bahul-bahul inganan ni eme. Horas uhum martulang gabe uhum marbere”.

Jenis lain dari tikar adalah rere yang khusus untuk digunakan sebagai alas tempat duduk sehari-hari dan bila sudah usang maka digunakan menjadi “pangarerean” sebagai dasar dari membentuk “luhutan” yaitu kumpulan padi yang baru disabit dan dibentuk bundar. Tentang hal ini ada ungkapan yang mengatakan “Sala mandasor sega luhutan” di mana pengertiannya adalah bahwa jika salah dalam perencanaan maka akibatnya tujuan dapat menjadi terbengkalai.

Penutup

Nilai budaya itu sangat perlu dilestarikan dan hendaknya dapat ditempatkan sebagai dasar filosofi sebagai pandangan hidup bagi generasi penerus kelak. Ada pendapat yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai budayanya, karena itu Bangso Batak perlu menjaga citra dan jati dirinya agar keberadaannya tetap mendapat tempat dalam pergaulan hubungan yang harmonis.

Penulis juga mengakui bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna maka segala bentuk saran dan masukan yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati, Kiranya Tuhan memberkati kita semua. HORAS

Ulos Batak

Pada jaman dahulu sebelum orang batak mengenal tekstil buatan luar, ulos adalah pakaian sehari-hari. Bila dipakai laki-laki bagian atasnya disebut “hande-hande” sedang bagian bawah disebut “singkot” kemudian bagian penutup kepala disebut “tali-tali” atau “detar”.
Bia dipakai perempuan, bagian bawah hingga batas dada disebut “haen”, untuk penutup pungung disebut “hoba-hoba” dan bila dipakai berupa selendang disebut “ampe-ampe” dan yang dipakai sebagai penutup kepala disebut “saong”.
Apabila seorang wanita sedang menggendong anak, penutup punggung disebut “hohop-hohop” sedang alat untuk menggendong disebut’ “parompa”.
Sampai sekarang tradisi berpakaian cara ini masih bias kita lihat didaerah pedalaman Tapanuli.
Tidak semua ulos Batak dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ulos jugia, ragi hidup, ragi hotang dan runjat. Biasanya adalah simpanan dan hanya dipakai pada waktu tertentu saja.

Proses pembuatan ulos batak.

Bagi awam dirasa sangat unik. Bahan dasar ulos pada umumnya adalah sama yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. Yang membedakan sebuah ulos adalah proses pembuatannya. Ini merupakan ukuran penentuan nilai sebuah ulos.

Untuk memberi warna dasar benang ulos, sejenis tumbuhan nila (salaon) dimasukkan kedalam sebuah periuk tanah yang telah diisi air. Tumbuhan ini direndam (digon-gon) berhari-hari hingga gatahnya keluar, lalu diperas dan ampasnya dibuang. Hasilnya ialah cairan berwarna hitam kebiru-biruan yang disebut “itom”.

Periuk tanah (palabuan) diisi dengan air hujan yang tertampung pada lekuk batu (aek ni nanturge) dicampur dengan air kapur secukupnya. Kemudian cairan yang berwarna hitam kebiru-biruan tadi dimasukkan, lalu diaduk hingga larut. Ini disebut “manggaru”. Kedalaman cairan inilah benang dicelupkan.
Sebelum dicelupkan, benang terlebih dahulu dililit dengan benang lain pada bahagian-bahagian tertentu menurut warna yang diingini, setelah itu proses pencelupan dimulai secara berulang-ulang. Proses ini memakan waktu yang sangat lama bahkan berbulan-bulan dan ada kalahnya ada yang sampai bertahun.

Setelah warna yang diharapkan tercapai, benang tadi kemudian disepuh dengan air lumpur yang dicampur dengan air abu, lalu dimasak hingga mendidih sampai benang tadi kelihatan mengkilat. Ini disebut “mar-sigira”. Biasanya dilakukan pada waktu pagi ditepi kali atau dipinggiran sungai/danau.

Bilamana warna yang diharapkan sudah cukup matang, lilitan benang kemudian dibuka untuk “diunggas” agar benang menjadi kuat. Benang direndam kedalam periuk yang berisi nasi hingga meresap keseluruh benang. Selesai diunggas, benang dikeringkan.
Benang yang sudah kering digulung (dihulhul) setiap jenis warna.
Setelah benang sudah lengkap dalam gulungan setiap jenis warna yang dibutuhkan pekerjaan selanjutnya adalah “mangani”. Benang yang sudah selesai diani inilah yang kemudian masuk proses penenunan.
Bila kita memperhatikan ulos Batak secara teliti, akan kelihatan bahwa cara pembuatannya yang tergolong primitif bernilai seni yang sangat tinggi.

Seperti telah diutarakan diatas, ulos Batak mempunyai bahan baku yang sama. Yang membedakan adalah poses pembuatannya mempunyai tingkatan tertentu. Misalnya bagi anak dara, yang sedang belajar bertenun hanya diperkenankan membuat ulos “parompa” ini disebut “mallage” (ulos yang dipakai untuk menggendong anak).
Tingkatan ini diukur dari jumlah lidi yang dipakai untuk memberi warna motif yang diinginkan. Tingkatan yang tinggi ialah bila dia telah mampu mempergunakan tujuh buah lidi atau disebut “marsipitu lili”. Yang bersangkutan telah dianggap cukup mampu bertenun segala jenis ulos Batak.

Jenis Ulos

1. Ulos Jugia.

Ulos ini disebut juga “ulos naso ra pipot atau “pinunsaan”.
Biasanya ulos yang harga dan nilainya sangat mahal dalam suku Batak disebut ulos “homitan” yang disimpan di “hombung” atau “parmonang-monangan” (berupa Iemari pada jaman dulu kala). Menurut kepercayaan orang Batak, ulos ini tidak diperbolehkan dipakai sembarangan kecuali orang yang sudah “saur matua” atau kata lain “naung gabe” (orang tua yang sudah mempunyai cucu dari anaknya laki-laki dan perempuan).

Selama masih ada anaknya yang belum kawin atau belum mempunyai keturuan walaupun telah mempunyai cucu dari sebahagian anaknya, orang tua tersebut belum bisa disebut atau digolongkan dengan tingkalan saur matua. Hanya orang yang disebut “nagabe” sajalah yang berhak memakai ulos tersebut. Jadi ukuran hagabeon dalam adat suku Batak bukanlah ditinjau dari kedudukan pangkat maupun kekayaan.

Tingginya aturan pemakaian jenis ulos ini menyebabkan ulos merupakan benda langka hingga banyak orang yang tidak mengenalnya. Ulos sering menjadi barang warisan orang tua kepada anaknya dan nialainya sama dengan “sitoppi” (emas yang dipakai oleh istri raja pada waktu pesta) yang ukurannya sama dengan ukuran padi yang disepakati dan tentu jumlah besar.

2. Ulos Ragi Hidup.

Ulos ini setingkat dibawah Ulos Jugia. Banyak orang beranggapan ulos ini adalah yang paling tinggi nilanya, mengingat ulos ini memasyarakat pemakainya dalam upacara adat Batak .
Ulos ini dapat dipakai untuk berbagai keperluan pada upacara duka cita maupun upacara suka cita. Dan juga dapat dipakai oleh Raja-raja maupun oleh masyarakat pertengahan. Pada jaman dahulu dipakai juga untuk “mangupa tondi” (mengukuhkan semangat) seorang anak yang baru lahir. Ulos ini juga dipakai oleh suhut si habolonan (tuan rumah). Ini yang membedakannya dengan suhut yang lain, yang dalam versi “Dalihan Na Tolu” disebut dongan tubu.

Dalam system kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga ( dongan tubu) adalah kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain. Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan, marnata do suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun pesta itu untuk kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut sihabolonan) tetap diakui sebagai pengambil kata putus (putusan terakhir).
Dengan memakai ulos ini akan jelas kelihatan siapa sebenarnya tuan rumah.

Pembuatan ulos ini berbeda dengan pembuatan ulos lain, sebab ulos ini dapat dikerjakan secara gotong royong. Dengan kata lain, dikerjakan secara terpisah dengan orang yang berbeda. Kedua sisi ulos kiri dan kanan (ambi) dikerjakan oleh dua orang. Kepala ulos atas bawah (tinorpa) dikerjakan oleh dua orang pula, sedangkan bagian tengah atau badan ulos (tor) dikerjakan satu orang. Sehingga seluruhnya dikerjakan lima orang. Kemudian hasil kerja ke lima orang ini disatukan (diihot) menjadi satu kesatuan yang disebut ulos “Ragi Hidup”.

Mengapa harus dikerjakan cara demikian? Mengerjakan ulos ini harus selesai dalam waktu tertentu menurut “hatiha” Batak (kalender Batak). Bila dimulai Artia (hari pertama) selesai di Tula (hari tengah dua puluh).

Bila seorang Tua meninggal dunia, yang memakai ulos ini ialah anak yang sulung sedang yang lainnya memakai ulos “sibolang”. Ulos ini juga sangat baik bila diberikan sebagai ulos “Panggabei” (Ulos Saur Matua) kepada cucu dari anak yang meninggal. Pada saat itu nilai ulos Ragi Hidup sama dengan ulos jugia.

Pada upacara perkawinan, ulos ini biasanya diberikan sebagai ulos “Pansamot” (untuk orang tua pengantin laki-laki) dan ulos ini tidak bisa diberikan kepada pengantin oleh siapa pun. Dan didaerah Simalungun ulos Ragi Hidup tidak boleh dipakai oleh kaum wanita.

3. Ragi Hotang.

Ulos ini biasanya diberikan kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai ulos “Marjabu”. Dengan pemberian ulos ini dimaksudkan agar ikatan batin seperti rotan (hotang).
Cara pemberiannya kepada kedua pengantin ialah disampirkan dari sebelah kanan pengantin, ujungnya dipegang dengan tangan kanan Iaki-laki, dan ujung sebelah kiri oleh perempuan lalu disatukan ditengah dada seperti terikat.
Pada jaman dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang dianggap paling kuat dan ampuh. Inilah yang dilambangkan oleh ragi (corak) tersebut.

4. Ulos Sadum.

Ulos ini penuh dengan warna warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja. Untuk mengundang (marontang) raja raja, ulos ini dipakai sebagai alas sirih diatas piring besar (pinggan godang burangir/harunduk panyurduan).
Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada golongan tertentu di Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu indahnya ulos ini sehingga didaerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Ulos ini sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.

5. Ulos Runjat.

Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang sebagai ulos “edang-edang” (dipakai pada waktu pergi ke undangan). Ulos ini dapat juga diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat menurut versi (tohonan) Dalihan Natolu diluar hasuhutan bolon, misalnya oleh Tulang (paman), pariban (kakak pengantin perempuan yang sudah kawin), dan pamarai (pakcik pengantin perempuan). Ulos ini juga dapat diberikan pada waktu “mangupa-upa” dalam acara pesta gembira (ulaon silas ni roha).

Kelima jenis ulos ini adalah merupakan ulos homitan (simpanan) yang hanya kelihatan pada waktu tertentu saja. Karena ulos ini jarang dipakai hingga tidak perlu dicuci dan biasanya cukup dijemur di siang hari pada waktu masa bulan purnama (tula).

6. Ulos Sibolang.

Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan duka cita atau suka cita. Untuk keperluan duka cita biasanya dipilih dari jenis warna hitamnya menonjol, sedang bila dalam acara suka cita dipilih dari warna yang putihnya menonjol. Dalam acara duka cita ulos ini paling banyak dipergunakan orang. Untuk ulos “saput” atau ulos “tujung” harusnya dari jenis ulos ini dan tidak boleh dari jenis yang lain.

Dalam upacara perkawinan ulos ini biasanya dipakai sebagai “tutup ni ampang” dan juga bisa disandang, akan tetapi dipilih dari jenis yang warnanya putihnya menonjol. Inilah yang disebut “ulos pamontari”. Karena ulos ini dapat dipakai untuk segala peristiwa adat maka ulos ini dinilai paling tinggi dari segi adat batak. Harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau orang kebanyakan. Ulos ini tidak lajim dipakai sebagai ulos pangupa atau parompa.

7. Ulos Suri-suri Ganjang.

Biasanya disebut saja ulos Suri-suri, berhubung coraknya berbentuk sisir memanjang. Dahulu ulos ini diperguakan sebagai ampe-ampe/hande-hande. Pada waktu margondang (memukul gendang) ulos ini dipakai hula-hula menyambut pihak anak boru. Ulos ini juga dapat diberikan sebagai “ulos tondi” kepada pengantin. Ulos ini sering juga dipakai kaum wanita sebagai sabe-sabe. Ada keistimewaan ulos ini yaitu karena panjangnya melebihi ulos biasa. Bila dipakai sebagai ampe-ampe bisa mencapai dua kali lilit pada bahu kiri dan kanan sehingga kelihatan sipemakai layaknya memakai dua ulos.

8. Ulos Mangiring.

Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini sering diberikan orang tua sebagai ulos parompa kepada cucunya. Seiring dengan pemberian ulos itu kelak akan lahir anak, kemudian lahir pula adik-adiknya sebagai temannya seiring dan sejalan. Ulos ini juga dapat dipakai sebagai pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki. Bagi kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu upacara “mampe goar” (pembaptisan anak) ulos ini juga dapat dipakai sebagai bulang-bulang, diberikan pihak hula-hula kepada menantu. Bila mampe goar untuk anak sulung harus ulos jenis “Bintang maratur”.

9. Bintang Maratur.

Ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang yang teratur didalam ulos ini menunjukkan orang yang patuh, rukun seia dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal “sinadongan” (kekayaan) atau hasangapon (kemuliaan) tidak ada yang timpang, semuanya berada dalam tingkatan yang rata-rata sama. Dalam hidup sehari-hari dapat dipakai sebagai hande-hande (ampe-ampe), juga dapat dipakai sebagai tali-tali atau saong. Sedangkan nilai dan fungsinya sama dengan ulos mangiring dan harganya relatif sama.

10. Sitoluntuho-Bolean.

Ulos ini biasanya hanya dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita. Tidak mempunyai makna adat kecuali bila diberikan kepada seorang anak yang baru lahir sebagai ulos parompa. Jenis ulos ini dapat dipakai sebagai tambahan, yang dalam istilah adat batak dikatakan sebagai ulos panoropi yang diberikan hula-hula kepada boru yang sudah terhitung keluarga jauh. Disebut Sitoluntuho karena raginya/coraknya berjejer tiga, merupakan “tuho” atau “tugal” yang biasanya dipakai untuk melubang tanah guna menanam benih.

11. Uos Jungkit.

Ulos ini jenis ulos “nanidondang” atau ulos paruda (permata). Purada atau permata merupakan penghias dari ulos tersebut. Dahulu ulos ini dipakai oleh para anak gadis dan keluarga Raja-raja untuk hoba-hoba yang dipakai hingga dada. Juga dipakai pada waktu menerima tamu pembesar atau pada waktu kawin.

Pada waktu dahulu kala, purada atau permata ini dibawa oleh saudagar-saudagar dari India lewat Bandar Barus. Pada pertengahan abad XX ini, permata tersebut tidak ada lagi diperdagangkan. Maka bentuk permata dari ragi ulos tersebut diganti dengan cara “manjungkit” (mengkait) benang ulos tersebut. Ragi yang dibuat hampir mirip dengan kain songket buatan Rejang atau Lebong. Karena proses pembuatannya sangat sulit, menyebabkan ulos ini merupakan barang langka, maka kedudukannya diganti oleh kain songket tersebut. Inilah sebabnya baik didaerah leluhur si Raja Batak pun pada waktu acara perkawinan kain songket ini biasa dipakai para anak gadis/pengantin perempuan sebagai pengganti ulos nanidondang. Disinilah pertanda atau merupakan suatu bukti telah pudarnya nilai ulos bagi orang Batak.

12. Ulos Lobu-Lobu.

Jenis ulos ini biasanya dipesan langsung oleh orang yang memerlukannya, karena ulos ini mempunyai keperluan yang sangat khusus, terutama orang yang sering dirundung kemalangan (kematian anak). Karenanya tidak pernah diperdagangkan atau disimpan diparmonang-monangan, itulah sebabnya orang jarang mengenal ulos ini. Bentuknya seperti kain sarung dan rambunya tidak boleh dipotong. Ulos ini juga disebut ulos “giun hinarharan”. Jaman dahulu para orang tua sering memberikan ulos ini kepada anaknya yang sedang mengandung (hamil tua). Tujuannya agar nantinya anak yang dikandung lahir dengan selamat.

Masih banyak lagi macam-macam corak dan nama-nama ulos antara lain: Ragi Panai, Ragi Hatirangga, Ragi Ambasang, Ragi Sidosdos, Ragi Sampuborna, Ragi Siattar, Ragi Sapot, Ragi si Imput ni Hirik, Ulos Bugis, Ulos Padang Rusa, Ulos Simata, Ulos Happu, Ulos Tukku, Ulos Gipul, Ulos Takkup, dan banyak lagi nama-nama ulos yang belum disebut disini. Menurut orang-orang tua jenis ulos mencapai 57 jenis.

Seperti telah diterangkan, ulos mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam upacara adat batak, karena itu tidak mungkin kita bicarakan adat batak tanpa membicarakan hiou, ois, obit godang atau uis yang kesemuanya adalah merupakan identintas orang Batak.

Penerima Ulos

Menurut tata cara adat batak, setiap orang akan menerima minimum 3 macam ulos sejak lahir hingga akhir hayatnya. Inilah yang disebut ulos “na marsintuhu” (ulos keharusan) sesuai dengan falsafah dalihan na tolu. Pertama diterima sewaktu dia baru lahir disebut ulos “parompa” dahulu dikenal dengan ulos “paralo-alo tondi”. Yang kedua diterima pada waktu dia memasuki ambang kehidupan baru (kawin) yang disebut ulos “marjabu” bagi kedua pengantin (saat ini desebut ulos “hela”).
Seterusnya yang ketiga adalah ulos yattg diterima sewaktu dia meninggal. dunia disebut ulos “saput”.

I. Ulos Saat Kelahiran.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama apakah anak yang lahir tersebut anak sulung atau tidak. Dan yang kedua apakah anak tersebut anak sulung dari seorang anak sulung dari satu keluarga. 1. Bila yang lahir tersebut adalah anak sulung dari seorang ayah yang bukan anak sulung maka yang mampe goar disamping sianak, hanyalah orangtuanya saja (mar amani… ). 2. Sedang bila anak tersebut adalah anak sulung dari seorang anak sulung pada satu keluarga maka yang mampe goar disamping sianak, juga ayah dan kakeknya (marama ni… dan ompu ni… ).

Gelar ompu… bila gelar tersebut mempunyai kata sisipan “si”, maka gelar yang diperoleh itu diperdapat dari anak sulung perempuan (ompung bao).
Bilamana tidak mendapat kata sisipan si… maka gelar ompu yang diterimanya berasal dari anak sulung laki-laki (Ompung Suhut).

Untuk point pertama, maka pihak hula-hula hanya menyediakan dua buah ulos yaitu ulos parompa untuk sianak dan ulos pargomgom mampe goar untuk ayahnya. Untuk sianak sebagai parompa dapat diberikan ulos mangiring dan untuk ayahnya dapat diberikan ulos suri-suri ganjang atau ulos sitoluntuho.
Untuk point kedua, hula-hula harus menyediakan ulos sebanyak tiga buah, yaitu ulos parompa untuk sianak, ulos pargomgom untuk ayahnya, dan ulos bulang-bulang untuk ompungnya.

Seiring dengan pemberian ulos selalu disampaikan kata-kata yang mengandung harapan agar kiranya nama anak yang ditebalkan dan setelah dianya nanti besar dapat memperoleh berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Disampaikan melalui umpama (pantun). Pihak hula-hula memberikan ulos dari jenis ulos bintang maratur, tetapi bila hanya sekedar memberi ulos parompa boleh saja ulos mangiring.

II. Ulos Saat Perkawinan

Dalam waktu upacara perkawinan, pihak hula-hula harus dapat menyediakan ulos “si tot ni pansa” yaitu; 1. Ulos marjabu (untuk pengantin), 2. Ulos pansamot/pargomgom untuk orang tua pengantin laki-laki, 3. Ulos pamarai diberikan pada saudara yang lebih tua dari pengantin laki-laki atau saudara kandung ayah, 4. Ulos simolohon diberikan kepada iboto (adek/kakak) pengantin laki-laki. Bila belum ada yang menikah maka ulos ini dapat diberikan kepada iboto dari ayahnya. Ulos yang disebut sesuai dengan ketentuan diatas adalah ulos yang harus disediakan oleh pihak hula-hula (orang tua pengantin perempuan).

Adapun ulos tutup ni ampang diterima oleh boru diampuan (sihunti ampang) hanya bila perkawinan tersebut dilakukan ditempat pihak keluarga perempuan (dialap jual). Bila perkawinan tersebut dilakukan ditempat keluarga laki-laki (ditaruhon jual) ulos tutup ni ampang tidak diberikan.

Sering kita melihat begitu banyak ulos yang diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat. Dahulu ulos inilah yang disebut “ragi-ragi ni sinamot”. Biasanya yang mendapat ragi ni sinamot (menerima sebahagian dari sinamot) memberi ulos sebagai imbalannya. Dalam umpama (pantun) dalam suku Batak disebut “malo manapol ingkon mananggal”. Pantun ini mengandung pengertian, orang Batak tidak mau terutang adat.
Tetapi dengan adanya istilah rambu pinudun yang dimaksudkan semula untuk mempersingkat waktu, berakibat kaburnya siapa penerima “goli-goli” dari ragi-ragi ni sinamot. Timbul kedudukan yang tidak sepatutnya (margoli-goli) sehingga undangan umum (ale-ale) dengan dalih istilah “ulos holong” memberikan pula ulos kepada pengantin.

Tata cara pemberian.
Sebuah ulos (biasanya ragi hotang) disediakan untuk pengantin oleh hula-hula. Orang tua pengantin perempuan langsung memberikan (manguloshon) kepada kedua pengantin yang disebut “ulos marjabu”. Apabila orang tua pihak perempuan diwakilkan kepada keluarga dekat, maka dia berhak memberikan ulos kepada pengantin, akan tetapi bila orang tua laki-laki yang diwakilkan, maka ulos pansamot harus diterima secara terlipat.

Sedangkan ulos pargomgom (untuk pangamai) dapat diterima menurut tata cara yang biasa, dan pada peristiwa ini harus disediakan ulos sebanyak dua helai (ulos pasamot dan ulos pargomgom). Dalam penyampaian ulos biasanya diiringi dengan berbagai pantun (umpasa) dan berbagai kata-kata yang mengandung berkah (pasu-pasu). Setelah diulosi dilanjutkan penyampaian beras pasu-pasu (boras sipir ni tondi) ditaburkan termasuk kepada umum dengan mengucapkan “h o r a s” tiga kali.

Selanjutnya menyusul pemberian ulos kepada orang tua pengantin laki-laki atau yang mewakilinya dalam hal ini seiring dengan penyampaian umpasa dan kata-kata petuah. Sesudah itu berjalanlah pemberian ulos si tot ni pansa kepada pamarai dan simolohon. Biasanya pemberian ini disampaikan oleh suhut paidua (keluarga/turunan saudara nenek).
Setelah ulos lainnya berjalan maka sebagai penutup adalah pemberian ulos dari tulang (paman) pengantin laki-laki.

Tata cara urutan pemberian ulos adalah sebagai berikut; 1. Mula-mula yang memberikan ulos adalah orang tua pengantin perempuan, 2. Baru disusul oleh pihak tulang pengantin perempuan termasuk tulang rorobot, 3. Kemudian disusul pihak dongan sabutuha dari orang tua pengantin perempuan yang disebut paidua (pamarai), 4. Kemudian disusul oleh oleh pariban yaitu boru dari orang tua pengantin perempuan, 5. Dan yang terakhir adalah tulang pengantin laki-laki, setelah kepadanya diberikan bahagian dari sinamot yang diterima parboru dari paranak dari jumlah yang disepakati sebanyak 2/3 dari pihak parboru dan 1/3 dari paranak. Bahagian ini disampaikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada tulang/paman pengantin laki-laki, inilah yang disebut “tintin marangkup”.

III. Ulos Saat Kematian.

Ulos yang ketiga dan yang terakhir yang diberikan kepada seseorang ialah ulos yang diterima pada waktu dia meninggal dunia. Tingkat (status memurut umur dan turunan) seseorang menentukan jenis ulos yang dapat diterimanya.

Jika seseorang mati muda (mate hadirianna) maka ulos yang diterimanya, ialah ulos yang disebut “parolang-olangan” biasanya dari jenis parompa.
Bila seseorng meninggal sesudah berkeluarga (matipul ulu, marompas tataring) maka kepadanya diberi ulos “saput” dan yang ditinggal (duda, janda) diberikan ulos “tujung”.
Bila yang mati orang tua yang sudah lengkap ditinjau dari segi keturunan dan keadaan (sari/saur matua) maka kepadanya diberikan ulos “Panggabei”.

Ulos “jugia” hanya dapat diberikan kepada orang tua yang keturunannya belum ada yang meninggal (martilaha martua).

Khusus tentang ulos saput dan tujung perlu ditegaskan tentang pemberiannya. Menurut para orang tua, yang memberikan saput ialah pihak “tulang”, sebagai bukti bahwa tulang masih tetap ada hubungannya dengan kemenakan (berenya).
Sedang ulos tujung diberikan hula-hula, dan hal ini penting untuk jangan lagi terulang pemberian yang salah.

Tata cara pemberiannya.
Bila yang meninggal seorang anak (belum berkeluarga) maka tidak ada acara pemberian saput. Bila yang meninggal adalah orang yang sudah berkeluarga, setelah hula-hula mendengar khabar tentang ini, disediakanlah sebuah ulos untuk tujung dan pihak tulang menyediakan ulos saput. Pemberiannya diiringi kata-kata turut berduka cita (marhabot ni roha). Setelah beberapa hari berselang, dilanjutkan dengan acara membuka (mengungkap) tujung yang dilakukan pihak hula-hula. Setelah mayat dikubur, pada saat itu juga ada dilaksanakan mengungkap tujung, tergantung kesepakatan kedua belah pihak.

Hula-hula menyediakan beras dipiring (sipir ni tondi), air bersih untuk cuci muka (aek parsuapan), air putih satu gelas (aek sitio-tio). Pelaksanaan acara mengungkap tujung umumnya dibuat pada waktu pagi (panangkok ni mata ni ari). Setelah pihak hula-hula membuka tujung dari yang balu, dilanjutkan dengan mencuci muka (marsuap). Anak-anak yang ditinggalkan juga ikut dicuci mukanya, kemudian dilanjutkan dengan penaburan beras diatas kepala yang balu dan anak-anaknya.

Memberi ulos panggabei.
Bila seseorang orang tua yang sari/saur matua meninggal dunia, maka seluruh hula-hula akan memberi ulos yang disebut ulos Panggabei. Biasanya ulos ini tidak lagi diberikan kepada yang meninggal akan tetapi kepada seluruh turunannya (anak, pahompu, dan cicit). Biasanya ulos ini jumlahnya sesuai dengan urutan hula-hula mulai dari hula-hula, bona tulang, bona ni ari, dan seluruh hula-hula anaknya dan hula-hula cucu/cicitnya.
Acara kematian untuk orang tua seperti ini biasanya memakan waktu sangat lama, adakalanya mencapai 3-5 hari acaranya. Biaya acaranya cukup besar, karena inilah acara puncak kehidupan orang yang terakhir.

Yang Memberikan Ulos

Di wilayah Toba, Simalungun dan Tanah Karo pada prinsipnya pihak hula-hulalah yang memberikan ulos kepada parboru/boru (dalam perkawinan). Tetapi diwilayah Pakpak / Dairi dan Tapanuli Selatan, pihak borulah yang memberikan ulos kepada kula-kula (kalimbubu) atau mora. Perbedaan spesifik ini bukan berarti mengurangi nilai dan makna ulos dalam upacara adat.

Semua pelaksanaan adat batak dititik beratkan sesuai dengan “dalihan na tolu” (tungku/dapur terdiri dari tiga batu) yang pengertiannya dalam adat batak ialah dongan tubu, boru, hula-hula harus saling membantu dan saling hormat menghormati.
Di wilayah Toba yang berhak memberikan ulos ialah : 1. Pihak hula-hula (tulang, mertua, bona tulang, bona ni ari, dan tulang rorobot). 2. Pihak dongan tubu (ayah, saudara ayah, kakek, saudara penganten laki-laki yang lebih tinggi dalam kedudukan kekeluargaan). 3. Pihak pariban (dalam urutan tinggi pada kekeluargaan).

Ale-ale (teman kerabat) yang sering kita lihat turut memberikan ulos, sebenarnya adalah diluar tohonan Dalihan na tolu (pemberian ale-ale tidak ditentukan harus ulos, ada kalanya diberikan dalam bentuk kado dan lain-lain).

Dari urutan diatas jelaslah bahwa yang berhak memberikan ulos adalah mereka yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dalam urutan kekeluargaan dari sipenerima ulos.



ULOS-SONGKET BATAK

Ciri khas ULOS/SONGKET BATAK dengan motif geometris dengan nama motif :
a. batu ni ansimun
b. anting anting
c. sigumang
d. suhi ni ampangnaopat
e. sipitu parbue
f. margoli-goli ibana
g. iran iran na marrungkung tolu
h. sirat torus
i. sirat papanna.

Semua jenis motif dan design ini mengandung arti yang berbeda beda. Alat tenun yang digunakan adalah gedogan sederhana (body-tension loom with a continuous warp)

Ulos terdiri dari 3 bagian [2 sisi,1 badan]: dan 5 bagian.[2 sisi,2 ulu,1 badan]

Pada bagian badan terdapat motif ikat sederhana (ikat warp atau lungsi).
Pada bagian ulu atau kepala terdapat motif motif jungkit seperti yang sudah disebutkan diatas merminkan semua unsur yang erat hubungannya dengan kehidupan, budaya, alam, kekeluargaan.

Pada kedua ujung ulos dijalin benang yang dinamakan Sirat.
Dengan teknik desain pakan tambahan yang disebut Jungkit (istilah populernya disebut songket) belakangan ini sudah memakai metallic yarn berwarna gold, silver.
Seperti ULOS RAGIDUP, meskipun menggunakan alat tenun yang sederhana dengan tingkat kesulitan yang sangat rumit dalam pengerjaannya maka sepantasnya masyarakat Batak dapat menghargai nilai warisan budaya tersebut.